SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

Resensi "Aku Lelah Menjadi Cantik"

Sabtu, 30 Mei 2009

Cantik. Apa yang terbayang saat kata cantik menerobos ke kepalamu? Sebagian besar pasti membayangkan Perempuan.

Selama ini kata cantik memang selalu identik dengan sosok Hawa. Dengan kerelatifannya, setiap manusia mulai memberi nilai tambah sesuatu yang memiliki kecantikan. Ketika manusia mencintai kecantikan, maka obsesi dan keserakahan akan berusaha melibatkan diri untuk mendapatkan si cantik. Dan ketika tanpa disadari memilih obsesi dan keserakahan, kecantikan pun tak kan lepas dari eksploitasi.

Tokoh Aku dalam cerpen “Aku Lelah Menjadi Cantik” merasakan eksploitasi atas kecantikan yang dia sendiri tak mengerti, atas dasar apa dia diberikan predikat cantik. Kelelahan yang membuat dia kerap merasa “menderita” dengan pemberat telinga, penyangga dada ataupun pandangan mata liar para lelaki.

Penulis semakin memperluas makna cantik dalam kisah-kisahnya yang dituturkan dengan bahasa puitis. Kecantikan alam. Pemilihan Judul “Aku Lelah Menjadi Cantik” sebagai “headline” buku, tidak sekedar karena judul ini sangat provokatif, tapi judul ini sekaligus dapat menggambarkan kelelahan alam yang kecantikannya terus menerus dikeruk dan dieksploitasi keserakahan.

Lewat buku ini Koko mem-protes kecantikan pulaunya yang mulai terkoyak. Pulau Bangka-Belitung yang sangat terkenal dengan tambang timahnya, mulai kehabisan nafas. Pengerukan tanpa kendali membuat tanah humus berubah menjadi pasir. Kolong—sumber kebutuhan air-- pun menjadi korban. Air cokelat, tercemar minyak solar yang membunuh spesies penghuni. Dan rusaklah ekosistem.

Tak hanya masalah alam, para sumber daya manusia juga semakin tergiur untuk saling berebut lahan tambang, seorang guru mulai meninggalkan didikannya, para pecocok tanam mulai tak mengindahkan ladangnya. Semua dilakukan demi menghamba kepada uang.

Selain itu, penulis juga menggambarkan masih kentalnya adat istiadat di Tanah timah tersebut. Upacara ceriak atau rateb saman yang dianggap dapat penolak bala, ditampilkan sebagai “solusi” bencana, penderitaan dan ketertindasan masyarakat Bangka-Belitung.

Penggunaan bahasa yang puitis, terkadang membuat beberapa kisah butuh dahi yang berkerut untuk menerjemahkannya. Pemakaian kata ganti orang pada cerita “Inilah tempat Ia bermain”, lelaki pertama, kedua, ketiga dan keempat, juga sedikit membingungkan dan tidak nyaman.

Yang menarik adalah sebagian besar kisah memiliki kaitan dengan tokoh sentral Atuk Jum, tetua kampung. Tokoh yang sangat dihormati masyarakat. Dan menurut pembaca akan semakin apik jika kisah “Tempat yang Kami Rindukan” yang menggambarkan tentang kegelisahan Atuk atas pengurasan alam menjadi pembuka kumcer dan ditutup dengan kisah kematian Atuk pada cerpen “Atuk Jum”. Kematian yang seakan menjadi puncak lelah pertahanan “cantik”.

Judul : Aku Lelah Menjadi Cantik
Penulis : Koko P. Bhairawa
Pemeriksa Aksara: Fivin Novidha
Penerbit : Hikayat Publishing
Tahun : 2009
Tebal : 86 halaman
Harga : Rp. 17.000,-

Sumber : Jendelaku Menatap Dunia
READ MORE - Resensi "Aku Lelah Menjadi Cantik"

Wajib, Penguatan Kedaulatan Wilayah Laut

Jumat, 29 Mei 2009


tulisan ini dipulikasi di Surabaya Post, edisi Rabu 13 Mei 2009 (klik disini)


Oleh: Prakoso Bhairawa Putera,
Penulis adalah sivitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


World Ocean Conference (WOC) telah dibuka pada Senin (11/5) di Manado. Kongres selama tiga hari itu adalah pertemuan antar pejabat tinggi negara setingkat menteri untuk membahas masalah kelautan dunia yang diikuti oleh 83 negara. Ini merupakan momen bagi Indonesia untuk meneguhkan kedaulatan wilayah laut.

REPUBLIK Indonesia yang merupakan negara kesatuan dengan lebih dari 17.504 pulau dan diyakini masih ada pulau-pulau yang belum diketahui. Pulau-pulau tersebut terpisahkan oleh perairan (laut) yang amat luas, dengan 5,8 juta km persegi atau dengan kata lain tiga kali lebih luas daratan. Wajarlah jika kemudian Indonesia dijuluki negara maritim terbesar di dunia. Namun sebutan ”Negara Maritim” tersebut tidak tercermin dari kegiatan penduduknya, yang amat sedikit berorientasi ke laut.

Padahal jika meruntun sejarah, bangsa ini pernah besar di masa Sriwijaya dan Majapahit dengan armada laut terkuat di kawasan nusantara. Sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini pun tidak dapat dilepaskan dari perairan (laut), tetapi anehnya perairan (laut) selalu dipandang sebagai sumber kehidupan kedua setelah daratan.

Indonesia yang dikenal sebagai kawasan dengan kepulauan dan perairan laut memiliki sumber ketetapan yang jelas mengenai pengakuan wilayah perairan. Deklarasi Djoeanda (1957) yang berisikan tentang konsepsi negara Nusantara yang diterima masyarakat dunia dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), United Nation Convention on Law of the Sea (UNCLOS) 1982, yang menyatakan wilayah laut Indonesia.

Ironisnya, Pulau Sipadan dan Ligitan jatuh menjadi bagian dari negara Malaysia dengan putusan legal dari Mahkamah Internasional, yang kemudian disusul dengan sengketa di Perairan Ambalat, kedua hal ini muncul disaat pemerintah sedang mengupayakan proses perubahan paradigma yang tidak hanya meletakkan daratan sebagai pokok pembangunan. Namun di satu sisi, peristiwa tersebut memberikan hikmah positif bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan kepedulian nasional mengenai urgensi penataan dan pemeliharaan terhadap batas wilayah serta pembangunan di daerah-daerah di kawasan perbatasan.

Haruslah diakui bahwa selama ini perhatian dan kepedulian pemerintah pusat terhadap pembangunan di kawasan perbatasan, begitu juga pengawasan terhadap pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga masih sangat rendah. Dikarenakan oleh kendala keterbatasan anggaran serta lebih riuh rendahnya gemuruh perpolitikan di tingkat pusat membuat daerah-daerah perbatasan seolah ‘wilayah tak bertuan’. Penduduk di wilayah-wilayah perbatasan lalu menjadi ‘terasing dari negerinya sendiri’ dan memang secara politis maupun juga ekonomis dari komunikasi menjadi terisolir.

Realitas faktual ini – terutama kasus Ambalat – seharusnya mendorong dan menggerakkan kemauan politik (political will) yang lebih kuat dan terarah dari Pemerintah RI untuk secara riil, koordinatif dan terfokus semakin memberikan aksentuasi pada pembangunan dan pengawasan di wilayah perbatasan, termasuk dan terutama di kawasan yang oleh karena suatu faktor atau beberapa faktor tertentu dapat menjadi ‘lahan perebutan’ antar negara. Sebutlah, misalnya karena di wilayah tersebut terkandung deposit minyak atau sumber daya alam lainnya yang melimpah namun belum sempat tersentuh serta belum dapat digali dan dikelola. Kurangnya kemampuan pemerintah pusat membangun dan mengawasi wilayah perbatasan RI menjadi salah satu kelemahan fundamental yang mengakibatkan mudahnya terjadi tindak pencurian ikan (illegal fishing) ataupun pencurian dan penyelundupan kayu (illegal logging) serta berbagai kekayaan Indonesia lainnya.

Dari perspektif sosial-politik, hal ini sesungguhnya mencerminkan bahwa kedaulatan kita atas negara/wilayah sendiri masih sangat rapuh dan rentan, sehingga memungkinkan terjadinya pelanggaran perbatasan bahkan yang lebih merugikan lagi ’pencaplokan wilayah perbatasan’ sebagaimana yang nyaris terjadi di Ambalat.

Kedaulatan Wilayah Laut

Wilayah laut merupakan salah satu batas suatu negara yang begitu rentan terhadap gangguan yang bisa berdampak dengan goyahnya kedaulatan suatu negara. Tanpa disadari wilayah perbatasan laut merupakan beranda depan keseluruhan wilayah negara. Sebagai beranda depan, maka sudah barang tentu perbatasan merupakan daerah yang mudah diakses oleh negara-negara yang berbatasan, sehingga secara otomatis wajar bila wilayah ini yang paling rentan terhadap pengaruh dari luar baik dalam bentuk ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam.

Berbagai permasalahan atau pun konflik sering muncul di perbatasan laut, mulai dari masalah lintas transit dan hak kapal-kapal asing melalui laut-laut Indonesia yang begitu luas, penyelundupan baik itu penyelundupan barang konsumsi, Jatri dan narkoba, dan juga penyelundupan manusia. Perampokan bersenjata di laut, Illegal fishing, hingga klaim dan pendudukan wilayah. Belum lagi adanya 12 pulau terluar yang kondisinya sangat rawan penguasaan oleh pihak asing.

Untuk pulau-pulau terluar, pengamanan selama ini lebih banyak ditujukan kepada usaha simbolis seperti pemberian nama, daripada usaha-usaha membangun daerah dan pulau-pulau perbatasan dan memasukkan mereka ke dalam main stream kehidupan ekonomi dan politik Indonesia secara keseluruhan.

Lihat saja kasus Timor Gap, Natuna (sengketa landas kontinen antara indonesia dan vietnam), Sipadan Ligitan, Ambalat, dan Karang Unarang. Kondisi yang telah terjadi mengisyaratkan bahwa kedaulatan wilayah laut adalah wajib untuk dikuatkan. Guna memberikan kekuatan terhadap kepentingan kedaulatan ini, wajib adanya kebijakan yang lebih mendukung penguatan kedaulatan wilayah laut di Indonesia.

READ MORE - Wajib, Penguatan Kedaulatan Wilayah Laut

Sastrawan Se-Indonesia Bertemu di Babel

Jumat, 29 Mei 2009 | 03:15 WIB

PANGKALPINANG, KOMPAS.com--Sebanyak 120 sastrawan se-Indonesia direncanakan menggelar pertemuan di Provinsi Bangka Belitung (Babel), membahas berbagai persoalan budaya dan sastra di negeri ini.

"Babel direncanakan jadi tuan rumah temu sastra Indonesia (TSI) yang akan digelar pada Juli 2009. Ini TSI kedua setelah sebelumnya digelar di Provinsi Jambi," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Babel, Yan Megawandi, di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan, pada acara itu antara lain akan hadir sastrawan terkenal di Indonesia seperti Sapardi Joko Damono, Budi Dharma, Jakob Sumarjo, Radar Panca Darma, dan Melani Budianta.

"Pertemuan sastrawan ini untuk menyongsong "Visit Babel Archie 2010" sehingga dengan acara ini Babel banyak belajar dalam mengemas kegiatan yang berskala nasional," ujarnya.

Ia menjelaskan, rangkaian kegiatan TSI di antaranya adalah dialog sastra dan malam apresiasi sastra yang menampilkan sejumlah puisi, musikalisasi puisi, bazar buku dan wisata budaya.

"Kegiatan ini juga momentum penting bagi para pelajar dan generasi muda Babel untuk berdialog dengan para sastrawan terkenal tersebut untuk menambah ilmu pengetahuan tentang dunia sastra," ujarnya.

Menurut dia, pihak panitia akan menyediakan waktu untuk berdialog antara para sastrawan itu dan para pelajar di Babel.

"Ini kesempatan bagi pelajar untuk bisa menambah ilmu pengetahuan dan momentum ini mesti dimanfaatkan dengan baik karena sangat sulit mengumpulkan ratusan sastrawan dalam sebuah kegiatan. Karena itu kegiatan ini harus dimanfaatkan untuk menambah wawasan," ujarnya.

Ia mengatakan, Babel ditunjuk sebagai tuan rumah TSI karena dinilai mimiliki budaya yang masih tetap dilestarikan dan bertahan mengikuti kemajuan zaman.

"Babel adalah negeri berbudaya dan memiliki banyak kesenian dan kreatifitas budaya tradisional yang masih bertahan serta diwariskan secara turun-temurun," ujarnya.

sumber : Kompas

READ MORE - Sastrawan Se-Indonesia Bertemu di Babel

Lomba Karya Tulis dalam rangka Hari Pahlawan tahun 2009

Kamis, 28 Mei 2009

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan tanggal 10 November 2009 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta Mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah Dengan Tema “Revitalisasi Nilai-Nilai Kepahlawanan Dalam Rangka Pembentukan Karakter Bangsa”.

A. KETENTUAN LOMBA

1

2

3

4

5

6

7

8

Karya tulis harus asli, bukan kutipan, terjemahan atau saduran dari tulisan orang lain, dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba karya tulis manapun, serta belum pernah dipublikasikan.

Karya tulis disusun dengan menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dalam bentuk ilmiah populer, dan harus mengacu salah satu judul yang telah ditetapkan panitia.

Karya tulis diketik dengan jarak 2 (dua) spasi menggunakan kertas HVS ukuran kuarto sebanyak 15-20 halaman tidak timbal balik (tidak termasuk lampiran, daftar isi, dan foto).

Karya tulis yang jumlah halamannya kurang atau melebihi dari ketentuan tersebut tidak akan dinilai oleh dewan juri.

Lomba bersifat karya individu, bukan kelompok. Masing-masing peserta bisa mengirim maximal 2 (dua) judul.

Karya tulis dibuat rangkap tiga dan dikirim langsung atau melalui pos dalam amplop tertutup pada sudut kiri atas amplop ditulis ” Lomba Karya Tulis Kesejarahan ”, atau dapat diserahkan langsung ke panitia Lomba Karya Tulis Kesejarahan yang beralamat di Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Jl. Brigjen Katamso No. 139 Yogyakarta, Telp. (0274) 373241

Karya tulis dilengkapi dengan identitas diri sebagai berikut :

a. Nama, tempat dan tanggal lahir peserta

b. Foto copy kartu pelajar atau surat keterangan sekolah, nomor telepon sekolah atau fax, nomor telepon peserta (HP)

Karya tulis yang masuk menjadi hak panitia sepenuhnya.

Lomba karya tulis dimulai tanggal 1 April 2009 dan ditutup tanggal 15 Oktober 2009 (cap pos).

B. JUDUL

Adapun judul-judul yang bisa dipilih oleh peserta sebagai berikut :

1. Kepahlawanan di mata generasi muda

2. Nilai-nilai kepahlawanan di era reformasi

3. Pendapat saya tentang sosok pahlawan

4. Menyambut hari Pahlawan tahun 2009 : Potret Diri Anak Zaman

5. Generasi muda sebagai pewaris nilai-nilai kepahlawanan

6. Dengan semangat kepahlawanan kita wujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

7. Nilai-nilai kepahlawanan dalam pembentukan karakter bangsa

8. Nilai-nilai kepahlawanan sesuai jiwa zaman

9. Nilai-nilai kepahlawanan dan semangat generasi muda dalam melestarikan kehidupan bangsa

10. Pahlawan dan jati diri bangsa

READ MORE - Lomba Karya Tulis dalam rangka Hari Pahlawan tahun 2009

Pemenang Lomba Penulisan Kelautan 2009

Selasa, 26 Mei 2009

Dalam menyambut World Ocean Conference (WOC) 2009 dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit di Manado, Sulawesi Utara pada 11 – 15 Mei 2009, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bekerjasama dengan Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek) menyelenggarakan Lomba Penulisan Kelautan bagi wartawan media cetak.

Sejak diumumkan pada 22 Januari 2009 oleh Ketua Panitia Lomba Laksmi Wuryaningtias hingga 3 Mei 2009 yang merupakan batas akhir penulisan danpengiriman naskah, Panitia Lomba menerima 320 naskah dari 56 wartawanmedia cetak nasional dan daerah. Dan peserta non wartawan atau penulisyang berjumlah 61 orang mengirimkan 86 naskah. Asal peserta mencakup 30 provinsi. Untuk kategori non wartawan peserta terdiri dari para pakar,dosen, karyawan dinas Kelautan dan Perikanan, serta mahasiswa.

Berdasarkan seleksi Tim Seleksi Awal yang diketuai Heru Subroto terpilih 17 naskah dari kelompok wartawan dan 24 naskah dari kelompok non wartawan.Untuk kategori wartawan terproduktif terpilih : Sanny MK dari Majalah Samudra.

Sementara itu juri kelompok wartawan yang terdiri dari: Bondan Winarno,Budiman, dan Yuni Ikawati menetapkan sebagai juara lomba sbb :

Juara 1 :
Ratna Hidayati dari Koran Tokoh - Denpasar Bali
Judul tulisan “Menjaga Pulau Tetap Utuh”
dimuat di Koran Tokoh, 15-21 Februari 2009

Juara 2 :
Trisno Aji Putra dari Harian Tribun Batam
Judul tulisan “Penyu Bintan Hadapi Ancaman Pemanasan Global”
Dimuat di Harian Tribun Batam, 23-27 April 2009

Juara 3 :
Untung Widyanto dari Koran Tempo
Judul tulisan “Tanam Rumput Laut Panen Bioetanol
Dimuat di Koran Tempo, 30 April 2009

Juara Harapan 1 :
Agus Wahyuni dari Harian Borneo Tribune – Kalimantan Barat
Judul tulisan “Sengketa Batas Berujung Konflik”.
Dimuat di Harian Borneo Tribune, 27-30 April 2009


Sedangkan untuk kelompok non wartawan para juri yang terdiri dari : ProfDr Suharsono (P2O-LIPI), Dr Soebandono Diposaptono (DKP), Dr Arif Satria(Fak Perikanan dan Kelautan IPB) menetapkan :

Juara 1 :
Akhmad Solihin
Judul tulisan “Nelayan Paceklik Lebih Panjang”
Dimuat di Harian Sinar Harapan, 27 Februari 2009

Juara 2 :
Sudarmono Sasmono
Judul tulisan “Pemanfaatan Energi Pasang Surut”
Dimuat di Harian Pikiran Rakyat, 9 April 2009

Juara 3 :
Nani Hendiarti
Judul tulisan “Memantau Laut dari Luar Angkasa”
Dimuat di Harian Kompas, 15 April 2009

Juara Harapan 1 :
Y. Subagyo
Judul tulisan “Industri Bahari Berbasis Pengetahuan”
Dimuat di Harian Media Indonesia, 24 April 2009


Jakarta, 25 Mei 2009
Panitia Lomba Penulisan Kelautan di Media Cetak Menyambut WOC 2009
READ MORE - Pemenang Lomba Penulisan Kelautan 2009

Majalah BISKOM Edisi Mei 2009

Kamis, 14 Mei 2009

Majalah BISKOM kali ini menampilkan Guru Besar Universitas Gunadarma, I Wayan Simri Wicaksana (Terima kasih kepada Universitas Gunadarma yang turut mendukung Majalah BISKOM).

Dalam kesempatan ini, kami sekaligus menawarkan kepada seluruh pembaca untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Majalah BISKOM, baik berupa pengiriman artikel TI, mengadakan seminar, workshop dan pameran serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan dunia TI.

Topik menarik Majalah BISKOM Edisi Mei 2009 diantaranya:

• COVER STORY: I Wayan Simri Wicaksana, Guru Besar Universitas Gunadarma, “Perlu Akselerasi Teori dan Praktek”

• FIGURE:

- Akademisi TI, I Made Wiryana “Pendidikan TI Bermata Dua“

- Head of Technology Service Division - BPPT, Safri Syarief “Bayar Listrik Dengan Smart Key”

- Division Head of Product Management Mobile-8, Sukaca Purwokardjono, “Pasar Pascabayar Masih Potensial”

• HEADLINE: Menyorot Pendidikan TI Indonesia

• FOCUS:

- Digital Divide Dunia Pendidikan

- Menelusuri Jejak Aktivitas Underground

- Lagi, Situs Pemerintah Jadi Sasaran

- Fenomena ’Swing Voter’ di Bisnis Seluler

- Standarisasi Harga Barang dan Jasa TI Cegah Korupsi

- Perusahaan Jasa Konstruksi Jabar Tak Siap e-Proc

- Mengelola Sampah Ramah Lingkungan

- Membaca Arah Perkembangan Teknologi 4G

• BROWSING:

- Hacker Beberkan Kelemahan iPhone

- Sony Siapkan Pesaing iPod

- Google PHK 200 Pekerja

- Penjualan Ponsel Global 2009 Turun 8,3%

- Symbian Hijrah Ke Netbook

- Acer Segera Rampungkan Smartphone Android

- Disk 500Gb Mulai Tersedia

• INSPIRATION:

- Muhammad Jafar Elly: Mungkinkah 4G Diterapkan Di Indonesia

- Dirgayuza Setiawan: Dunia Menanti iPhone 3.0

- Bob Julius Onggo: Cari Uang Lewat YouTube, Mungkinkah?

- Idris Asmuni: Menghemat Pembelian Aplikasi Perkantoran

- Cicilia Lusiani: Digitalisasi Pemilu, Kapankah?

- Prakoso Bhairawa Putera S.: Daya Saing Telematika Daerah

• REVIEW & CELLULAR:

- Asus Vento TA-M2

- Lenovo IdeaCentre A600

- SEAGATES SV35

- Sony Ericsson W705

- Motorola Clutch i465

READ MORE - Majalah BISKOM Edisi Mei 2009

Lomba Menulis HIV dan AIDS 2009 (31 Mei 2009 )

Jumat, 08 Mei 2009

Lomba Menulis HIV dan AIDS untuk wartawan, mahasiswa, dan umum

Tema Tulisan
  1. Pengurangan Dampak Buruk Narkotika Suntik
  2. Anti Stigma dan Diskriminasi
  3. Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS)
  4. Program Pemakaian Kondom
  5. Pengobatan, Dukungan dan Perawatan
Ketentuan Lomba
  • Kategori peserta: Wartawan, Mahasiswa dan Umum
  • Panjang tulisan tidak lebih dari 1500 kata
  • Jenis huruf yang digunakan Times New Roman size 12pt paragraf 1,5
  • Tulisan dikirim dalam bentuk soft copy berikut scan KTP ke lombatulis09@aidsindonesia.or.id
atau dalam bentuk hardcopy berikut foto copy KTP dikirimkan ke Panitia Lomba dengan alamat:

Menara Eksekutif Lt.9, Jl,
MH Thamrin Kav.9, Jakarta Pusat 10330 paling lambat 31 Mei 2009 cap stempel pos

Hadiah untuk semua kategori

Juara I: Uang 10 juta + tiket PP + akomodasi+ biaya registrasi untuk mengikuti Konferensi Aids Asia Pasifik ke IX di Bali, Agustus 2009
Juara II: uang 7,5 juta rupiah
Juara III: uang 5 juta rupiah

Contact person: Aldo 021 990 39647
Keterangan lengkap klik http://www.aidsindonesia.or.id
READ MORE - Lomba Menulis HIV dan AIDS 2009 (31 Mei 2009 )

LOMBA JURNALISTIK PAUD TINGKAT NASIONAL TAHUN 2009

Tema Lomba Jurnalistik PAUD 2009
“ PAUD Sebagai Investasi Strategis Pembangunan Manusia Seutuhnya dan Pembangunan Nasional pada masa mendatang “

Persyaratan Lomba Jurnalistik
  1. Masyarakat Umum/Wartawan
  2. Karya Tulis mengenai PAUD telah diterbitkan di surat kabar/harian/mingguan/Tabloid, dan Majalah sejak 2 Januari 2009 sampai dengan 2 Juli 2009.
  3. Karya Tulis dapat berupa artikel, feature atau berita minimal 3000 karakter
  4. Kriteria penilaian mencakup: bobot tulisan, aspek investigasi, argumentasi, orisinilitas data dan fakta, teknik penulisan, struktur penulisan dan bahasa, serta bloking masalah. Solusi: pemecahan masalah yang ditawarkan bukan sekedar fakta dan data. Inovasi: adanya penemuan baru/ide baru.
  5. Karya Tulis (bukti penerbitan, kliping, dan naskah asli serta identitas diri dan kontrak person) dikirim ke:
    PANITIA LOMBA JURNALISTIK PAUD TINGKAT NASIONAL TAHUN 2009
    Up Subdit Kemitraan d/a Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen PNFI, Depdiknas. Gedung E Lantai VII. Jalan: Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270.
  • Hadiah Pemenang
  1. Juara I Rp.12.500.000,-
  2. Juara II Rp.10.000.000,-
  3. Juara III Rp.7.500.000,-
  4. Juara Harapan I Rp.6.500.000,-
  5. Juara Harapan II Rp.5.000.000,-
  6. Juara Harapan III Rp.4.000.000,- (Pajak ditanggung Pemenang Lomba)
READ MORE - LOMBA JURNALISTIK PAUD TINGKAT NASIONAL TAHUN 2009

Ketidaksetaraan gender pengaruhi penggunaan TI

Jumat, 01 Mei 2009

Tanggal : 25 Apr 2009
Sumber : Harian Terbit

JAKARTA - Teknologi sebagai produk sosial, termasuk internet tidak bebas nilai atau budaya. Tingkat kompabilitas antara nilai dan norma teknologi dengan nilai atau norma penggunanya sangat menentukan pola penggunaan teknologi tersebut.

"Nilai sebagian besar barang dan jasa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) cenderung lebih maskulin salah satu penyebab kesenjangan digital yang terkait gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan budaya, terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda, serta mempunyai keinginan yang berbeda," Kata peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prakoso Bhairawa, Jumat [24/4].

Menurutnya, perbedaan-perbedaan tersebut berinteraksi dengan fitur-fitur dari teknologi modern, seperti internet sehingga mempengaruhi adopsi dan penggunaan internet. Hasil analisisnya menunjukkan, ketidaksetaraan gender diukur dengan proporsi pengguna internet antara laki-laki dan perempuan cenderung semakin menurun lebih cepat.

"Faktor-faktor kultural mempengaruhi keterlibatan wanita dalam pengambilan keputusan pada berbagai tingkat rumahtangga, organisasi dan tingkat nasional. Beberapa hasil penelitian, laki-laki lebih tertarik mengenai teknologi internet sedangkan wanita lebih tertarik dengan apa yang bisa dilakukan dengan internet," tandasnya

Gender, katanya, mempengaruhi keberadaan sosial dari internet, persepsi kemudahan menggunaan e-mail, dan persepsi manfaat e-mail. Persepsi wanita mengenai keberadaan sosial dari e-mail lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

"Persepsi manfaat internet juga lebih tinggi dilihat wanita dibandingkan dengan pria, tetapi pria cenderung lebih mudah menggunakan e-mail dibandingkan wanita. Dampak TIK terhadap perkembangan ekonomi, politik, dan sosial menjadi perhatian utama di beberapa negera di Asia," tegasnya.

Melihat faktanya, perempuan juga memiliki kemampuan mengaktualisasikan dirinya di ruang publik sebagaimana halnya laki-laki. Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah dua makhluk yang setara. (jun)

READ MORE - Ketidaksetaraan gender pengaruhi penggunaan TI

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku