SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

Ujung Laut Pulau Marwah, Antologi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia

Senin, 06 Desember 2010

"Cerpen-cerpen di dalam buku ini memiliki keragaman ekspresi yang sungguh jamak. Cerpen warna lokal di antaranya masih tampak dijadikan andalan lantaran memang memberi banyak kemungkinan, lihat saja cerpen bermuatan lokal Betawi, Melayu, Timor, Madura dan Minang di sini.

Meski masih belum terlalu jauh dieksplorasi, namun sudah cukup menunjukkan bahwa lokalitas memberi kegairahan penciptaan yang tak kunjung padam. Jika setia digeluti, perangkat semacam ini niscaya akan menjadi pembeda dengan cerpen umumnya. Apa yang mereka lakukan mencerminkan masih ada ruang eksplorasi yang luas bagi penulis Indonesia yang diuntungkan oleh, antara lain, ragam budaya kita yang kaya."


Begitulah tulisan pada bagian atas sampul belakang buku “Ujung Laut Pulau Marwah” yang diambil dari Pengantar Kuratorial, “Sastra Indonesia Mutakhir: Kritik dan Keragaman”.

Buku ini diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang dalam rangkaian sebuah hajatan budaya, “Temu Sastrawan Indonesia III” (TSI III) di Kota Gurindam Negeri Pantun itu, pada 28-31 Oktober lalu—setelah TSI I (Jambi, 2008) dan TSI II (Pangkalpinang, 2009).

Acara yang digelar bertepatan dengan Oktober sebagai bulan bahasa itu dihadiri para sastrawan dari kota-kota besar dan kecil di seluruh Indonesia, yang diundang oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang, atas hasil rekomendasi tim kurator TSI III yang beranggotakan Abdul Kadir Ibrahim (Tanjungpinang), Hoesnizar Hood (Tanjungpinang), Joni Ariadinata (Yogyakarta), Mezra E. Polllondou (Kupang), Raudal Tanjung Banua (Yogyakarta), Said Parman (Tanjungpinang), Saut Situmorang (Yogyakarta), Syafaruddin (Tanjungpinang), Tan Lioe Ie (Bali), Triyanto Triwikromo (Semarang), dan Zen Hae (Jakarta).

Tampilnya Tanjungpinang sebagai tuan rumah bukan oleh sebab keberuntungan ataupun “sistem arisan”. Kota kecil nan indah ini dipilih lantaran sejak beratus tahun lalu mewariskan bahasa Melayu sebagai lingua franca (bahasa pengantar), yang dikenal kemudian hingga hari ini sebagai Bahasa Indonesia.

Dari Tanjungpinang pula lahir tokoh bahasa dalam sastra klasik Melayu, Raja Ali Haji (1708-1783), yang karya monumentalnya, “Gurindam Dua Belas” (1847), lalu disusul “Bustan’l Katibin” (1857), dan “Kitab Pengetahuan Bahasa” (1859), telah mengantarkan ia sebagai Bapak Bahasa Indonesia dan oleh Pemerintah RI kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2004.

Dan jauh sebelum TSI III digelar, tepatnya sejak akhir Juli 2010, Walikota Tanjungpinang, Hj. Suryatati A. Manan, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Drs. Abdul Kadir Ibrahim, MT, telah mengirimkan kepada 150 orang sastrawan yang diundang, surat pemberitahuan berisi perihal sisik-melik TSI III disertai himbauan untuk mengirimkan karya puisi atau cerpennya lantaran akan dibukukan setelah melalui proses seleksi tentunya.

Dan hasilnya, ketika acara berlangsung, para peserta yang hadir sudah memegang buku berisi karya-karya itu. Karya mereka sendiri, atau karya rekan sastrawan yang lain.

Adalah Joni Ariadinata, Raudal Tanjung Banua, Said Parman, dan Triyanto Triwikromo, yang menjadi kurator cerpen untuk “Ujung Laut Pulau Marwah”. Merekalah yang menetapkan 33 cerpen karya 33 orang penulis untuk dapat tampil di dalamnya. Karya-karya tersebut disusun di dalam buku berdasarkan abjad nama para penulisnya, yakni:

“Tuan Guru Sulaiman” (Adi Alimin Arwan, Mamuju, Sulawesi Barat), “Kemarau pun Singgah di Kampung Kami” (Agustinus Wahyono, Balikpapan, Kalimantan Timur), “Di Ujung Simpul Rafia” (Andri Medianyah, Tanjungpinang, Kepulauan Riau), “Kabut Kembahang” (Arman AZ, Bandarlampung, Lampung), “Seperti Natnitnole” (Benny Arnas, Lubuklinggau, Sumatera Selatan), “Babad Mejayan” (Beni Setia, Caruban, Madiun, Jawa Timur), “Djali-Djali Bintang Kedjora” (Chairil Gibran Ramadhan, DKI Jakarta).

“Kembalinya Anakku yang Hilang” (Endang Purnama Sari, Tanjungpinang, Kepulauan Riau), “Anggorok dan Anggodot” (Fahrudin Nasrulloh, Jombang, Jawa Timur), “Semburat Petang di Lagoi” (Fakhrunnas MA Jabbar, Pekanbaru, Riau), “Koleksi 932013: Fina Sato” (Fina Sato, Bandung, Jawa Barat), “Kisah si Pemotong Rumput [Seniman Plat Baja]” (Gol A. Gong, Serang, Banten).

“15 Hari Bulan” (Hasan Al Bana, Medan, Sumatera Utara), “Perempuan Petelur” (Igoy el Fitra, Padang, Sumatera Barat), “Setelah Rumah” (Indrian Koto, Yogyakarta, DI Yogyakarta), “Hamsat Mencuri Jambu Klutuk” (Idris Pasaribu, Medan, Sumatra Utara), “Lelaki dengan Kopiah Resam” (Koko P. Bhairawa, Sungailiat, Bangka-Belitung), “Senandung Perih Dendang Saluang” (M. Raudah Jambak, Medan, Sumatera Utara), “Ujung Laut Perahu Kalianget” (Mahwi Air Tawar, Yogyakarta, DI Yogyakarta), “Bai Liang” (Marsel Robot, Kupang, NTT), “Sandal Jepit Yong Dolah” (Maswito, Tanjungpinang, Kepulauan Riau).

“Pacar Elektrik” (Miral Shamsara Ratuloli, Kupang, NTT), “Melawan Rumput” (Mustofa W. Hasyim, Yogyakarta, DI Yogyakarta), “Lingkaran Luka” (Panda MT Siallagan, Pematang Siantar, Sumatera Utara), “Tanam Pinang Tumbuh Gading” (Pion Ratulolly, Kupang, NTT), “Kucing Tua” (Ragdi F. Daye, Padang, Sumatera Barat), “Bentan” (Riawani Elyta, Tanjungpinang, Kepulauan Riau), “Musim Ikan” (Sunlie Thomas Alexander, Belinyu, Bangka-Belitung).

“Aroma Bangkai di Depan Rumah Mantan Penghulu” (Tarmizi rumahhitam, Batam, Kepulauan Riau), “Kecapi Terakhir di Malam Minggu” (Thompson Hs, Pematang Siantar, Sumatera Utara), “Tetangga Baru” (Unizara, Tanjungpinang, Kepulauan Riau), “Malina Dalam Bus Tua” (Yetti A.KA, Padang, Sumatera Barat), dan “Air Mata Lelaki Tua di Barak Pengungsi” (Yoss Gerard Lema, Kupang, NTT).

Dari daftar di atas dapat terlihat bahwa daerah kedatangan masing-masing penulis tidaklah sama jumlahnya: Sulawesi Barat (1), Kalimantan Timur (1), Kepulauan Riau (6), Lampung (1), Sumatera Selatan (1), Jawa Timur (2), DKI Jakarta (1), Riau (1), Jawa Barat (1), Banten (1), Sumatera Barat (3), DI Yogyakarta (3), Sumatera Utara (5), Bangka-Belitung (2), dan NTT (4).

Lepas dari itu, “Ujung Laut Pulau Marwah” terbilang menarik lantaran memuat begitu banyak cerpen bernuansa lokal yang membawa nilai-nilai budaya etnik dari masing-masing sastrawan. Wajah keragaman Nusantara pun tercermin di dalam buku setebal 362 halaman ini. Maka buku ini sedikit-banyak berhasil menyodorkan fakta tentang sisi lain dunia kesusastraan Indonesia masa kini yang ternyata tak selalu dimenangi oleh cerpen-cerpen bernuansa nasional yang tidak kentara setting tempatnya.

Namun sangat disesalkan terjadinya ketidaktelitian dalam hal penggarapan isi, hingga terjadi kesalahan penulisan nama yang sangat fatal pada dua orang sastrawan. “Chairil Gibran Ramadhan” misalnya, pada daftar isi dan halaman dalam ditulis “Chairil Gilang Ramadhan” (penulisan secara benar, “Chairil Gibran Ramadhan”, hanya terjadi pada “kesempatan terakhir”, yang terdapat dalam bagian biodata). Sedangkan “Yoss Gerard Lema” yang pada daftar isi dan halaman dalam ditulis sama, ternyata pada bagian biodata ditulis “Yos Gamalama”.

Mungkinkah saat pengerjaannya nama kedua sastrawan ini mengingatkan penggarapnya pada drummer Gilang Ramadhan dan komedian Dorce Gamalama? Lantas dengan cara apa dan bagaimana orang-orang yang terlibat sebagai panitia dalam TSI III melakukan ralat atas hal ini?

Pada bagian bawah sampul belakang buku “Ujung Laut Pulau Marwah” terdapat kalimat yang diambil dari Pengantar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Drs. Abdul Kadir Ibrahim, MT selaku Ketua Pelaksana TSI III: Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III/2010 yang dilangsungkan di Kota Tanjungpinang, dapat dipandang sebagai upaya menyigi kembali kejayaan sastra Melayu yang pada era Kerajaan Riau pernah meninggi dan memucuk.

Raja Ali Haji adalah salah seorang tokoh, yang berbabit, dengan masa itu, dengan sejumlah karya pemuncak; ilham bagi masa kini. (Catatan CGR: menyigi adalah sisipan atau celah, berbabit adalah ikut serta/terlibat secara langsung atau tidak langsung)

Sumber: Berita 8.com, Sabtu, 04/12/2010, 16:18 WIB
READ MORE - Ujung Laut Pulau Marwah, Antologi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia

Sepuluh Besar Penulis Khatulistiwa Literary Award 2009

Selasa, 6 Oktober 2009 20:35 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Panitia Khatulistiwa Literary Award (KLA) Ke-9 Tahun 2009 mengumumkan nama-nama penulis puisi dan prosa berikut judul karya yang terpilih dalam 10 Besar KLA 2009.


Kesepuluh besar karya puisi dan penulisnya adalah Kolam (Sapardi Djoko Damono), Akar Berpilin (Gus Tf Sakai), Dongeng Anjing Api (Sindu Putra), Partitur, Sketsa, Potret dan Prosa (Wendoko), Perahu Berlayar Sampai Bintang (Cecep Syamsul Hari), Pastoral Kupu-Kupu (Made Suantha), Telimpuh (Hasan Apsahani), Pemetik Bintang (Soni Farid Maulana), Lagu Cinta Para Pendosa (Zaim Rofiqi), dan Puan Kecubung (Jimmy Maruli Alfian).


Adapun sepuluh besar karya prosa dan penulisnya adalah Meredam Dendam (Gerson Poyk-novel), Sutasoma (Cok Sawitri-novel), Lembata (F Rahadi-novel), Lacrimosa (Dinar Rahayu-kumpulan cerita), Tanah Tabu (Anindita Thayf-novel), Juru Masak (Damhuri Muhammad-kumpulan cerita), Bulan Lebam (Sihar Simatupang-novel), Kidung (M Sobary-novel), Usaha Menjadi Sakti (Gunawan Maryanto-kumpulan cerita), Metropolis (Windi Ramadhina-novel).


Panitia KLA 2009 juga mengumumkan 8 karya pengarang muda berbakat (umur maksimal 30 tahun), yaitu Kartini Nggak Sampai Eropa (Sammaria), Aku Lelah Menjadi Cantik (Koko P. Bhairawa), 9 Matahari (Adenita), Lika Liku Luka (Celinereyssa), Etzhara (Rino Styanto), Pengantin Subuh (Zelfeni), Separuh Bintang (Evline), dan Fortunata (Ria N. Badaria)


Richard Oh, penggagas dan penyelenggara KLA menjelaskan bahwa pengumuman 5 Besar Khatulistiwa Literary Award akan segera dilakukan dalam waktu dekat.


Khusus kategori prosa, karya-karya novel akan dinilai oleh sebuah panel juri yang dipilih oleh penerbit Metropoli D’Asia, salah satu penerbit terbesar di Italia. Kemudian, sebuah hadiah khusus akan diberikan pada malam Anugerah Sastra Khatulistiwa pada 10 November 2009, pukul 19.00, di Plaza Senayan, Jakarta. Richard berharap agar semua penulis hadir dalam malam perayaan sastra Indonesia ini.

"Kepada penulis novel yang karyanya masuk 10 besar kategori prosa, harap mengisi formulir perjanjian dengan Metropoli D’Asia yang sudah dikirimkan. Bila belum menerima formulir tersebut, harap e-mail saya di richoh2007@gmail.com," kata Richard Oh.

Sumber: Kompas.com, 6 Oktober 2009

READ MORE - Sepuluh Besar Penulis Khatulistiwa Literary Award 2009

Daftar Nama Penyair dalam Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010

Rabu, 10 November 2010

Judul: Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010

Editor: Suyitno Ethexs

Kurator: Chamim Kohari-Saiful Bakri-Umi Salama

Desain cover: warung grafis indonesia

Lukisan cover: Joni Ramlan, Mojosari, Mojokerto

Layout: kang madrim

Cetakan pertama: Oktober 2010

ISBN: 978-602-97907-0-2 Tebal: 829 + xxxviii halaman

Penerbit: Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto


1. Achmad Faqih Mahfudz ............................................... 1
Aku Pernah Mengenalmu
Di Pinggir Stasiun Tugu

2. Agit Yogi Subandi ......................................................... 4
Solilokui Hamparan Gurun
Labirin

3. Asyari Muhammad ..................................................... 10
Kekasih, aku gelisah
Lelaki yang menangis

4. Ahmad Adi Munawar .................................................. 13
Rela Kau Pergi
Ungkapan palsu

5. Akhmad Fatoni ........................................................... 16
Perempuan setengah telanjang
Pulang pada waktu

6. Ahmad Kekal Hamdani .............................................. 19
Setelah Kematian Ini
Eksodusa: Ingatan 1965

7. AF. Tuasikal ................................................................. 22
LANTURAN WAKTU
PERTEMUAN ITU

8. Agus Subagyo ............................................................ 29
TARIAN ILALANG MEMANGGILMU
KUTULIS NAMAMU DENGAN PUISI

9. A. Ganjar Sudibyo ...................................................... 33
PUISI ENIGMA : KEMBALI MENUJU NAMA DIRI
KAMI
TENTANG GERIMI

10. Alex R. Nainggolan .................................................... 40
Pada Sebuah Taman
Negeri Tanpa Moyang

11. A. Warits Rovi ............................................................. 45
SEMESTA RASA DARI MEJA MAKAN
NOTASI MATA YANG MEMENJARA

12. Amalia Elvadiani ......................................................... 48
Catatan yang Kucuri dari Senyum Sabitmu
Lewat Tengah Malam : Kenangan mencari jalan pulang

13. Aria Santi ............................................................... 51
MUSIM GUGUR
MATA SANG WAKTU

14. Anugrah Roby Syahputra .......................................... 53
Di Sepanjang Sei Deli
Suatu Petang di Tepi Toba

15. Anshori sapu jagad .................................................... 56
AKU RINDU KAMPUNG
SAJAK KELUAR RUMAH

16. Andiyono .................................................................... 59
Asmara di Ujung Gang
Meraba Malam

17. Andi Magadhon .......................................................... 61
SYAHRIYAR
SAJAK LABA-LABA

18. Andi Gunawan ............................................................ 66
Nisan
Pulang

19. Amin Bashiri ............................................................... 69
JEJAK
PENARI

20. Alizar Tanjung ............................................................. 73
Memilih Hujan
Lagu yang Terpotong di Persimpangan

21. Akhmad Sekhu ........................................................... 77
Kasidah Kota Tua
Sebentuk Sajak Untuk Anakku

22. Akhi Dirman Al-Amin .................................................. 82
ANDAI CINTA BISA BERSUARA
MENCARI PENYAIR BERSAYAP CAHAYA

23. AHMADUN YOSI HERFANDA .................................... 87
NEGERI TANPA TUHAN
SAJAK RINDU BAGI RASUL

24. Agus Budiawan .......................................................... 92
SECANGKIR JELAGA
ELEGI SEBUAH PAGI

25. Ach Syaifullah Saghara .............................................. 95
Mata Sungai
Melaut Lombang

26. Achmad Hamzah Fansuri Basar ................................ 99
Kampung Pelaut
Sungai Kita

27. Alfaizi ......................................................... 102
ziarah warung kopi
perempuan yang menggaris pagi

28. Ady Azzumar ............................................................ 106
Menjual Sajak-Sajak
Surat yang Tersimpan

29. Aji Wibowo ................................................................ 112
Aku TakTahu Kenapa Kau Diam
Kacamata

30. Abd. Kholik ............................................................... 115
DOA DIATAS PURNAMA
KADO BUAT EMAK

31. Arum Fatima ............................................................. 118
Istirah Perburuanmu
Bocah yang Tersesat dalam Jarum Jam

32. Abimardha Kurniawan ............................................. 121
Orang Gila
Suluk Ranting Tua

33. Assyafa Jelata .......................................................... 131
Drama Indonesia
Fragmen Tarian Ilalang

34. Afriyanti .............................................................. 134
Episode terakhir dandelion
MUSIM

35. A'yat Safrana G Khalili ............................................. 136
Secangkir Kopi Pagi
Tentang Ladang

36. Benazir Nafilah......................................................... 139
Rubayyat Cinta
Kita pun Kembali pada Sepi

37. Badai Muth. Siregar (Amdai Yanti Siregar) ............ 142
Purnama Hitam
Balada Ujian Nasional

38. Badrul Munir Chair .................................................. 146
SEPULANG ZIARAH
JIKA TAK LELAP TIDURMU

39. Bandung Mawardi .................................................... 149
Lakon Luka
Ibu Samadi

40. Bahauddin ................................................................ 151
I’TIKAF KABUT
SAJAK SEBATANG CEMARA KERING

41. Bambang Esku ......................................................... 154
meng-arang
sabtu malam

42. Belfin P.S .................................................................. 157
Jakarta Kukenang
Akhir Butir Waktu

43. Bode Riswandi ......................................................... 161
BULAN LUWUNG BATA
BUAT ANNA POLITKOVSKAYA

44. Bayu Gautama .......................................................... 164
Lisong VS Cerutu1
Selamat Pagi Indonesia

45. Iben Nuriska ............................................................. 170
SURAT UNTUK IBU
PADA AKHIRNYA AKU MEMILIH TERPENJARA

46. Budhi Setyawan ....................................................... 177
Serpih Ombak Perjalanan
Kepada Perempuan Bersayap Laut

47. Bontot Sukandar ...................................................... 181
SAAT ADA JUSTRU TAK ADA
mabukku menepi

48. Berto Tukan .............................................................. 184
Buih
Kisah

49. Balok SF ................................................................... 186
Lagu nelayan
Bukan cerita

50. Bambang Kariyawan Ys. .......................................... 189
Kisah Negeri Sejuta Kilah

51. BH. Riyanto .............................................................. 191
Kurasa Gerimis
Mula-mula Mendung Menggumpal

52. Ira Suyitno ................................................................ 195
Penjelajahan Cinta
Dalam Pesona

53. Catur Wahyono ........................................................ 198
Surat Sang Kekasih
Cinta

54. Cut Desy Gitary Sandy ............................................ 201
Suar malam.
Bermain Dingin

55. Christina Eka Setiawati ............................................ 205
TANPA KABAR BINTANG
KUINGIN KATA-KATAKU MENARI

56. Citra Dara Vresti Trisna ........................................... 208
duka tualang
sabana di bilik kamarku

57. Candra Sabrina mustika .......................................... 211
Tampannya seorang koruptor
Idonesiaku

58. Denny Mizhar ........................................................... 214
Ular yang Keluar dari Jubah Zirah
Lubang Ular

59. Dody Yan Masfa........................................................ 216
SAJAK MALAM
BIARKAN AKU TERBANG

60. Dody Kristianto ........................................................ 219
Kidung Para Gelap
Beberapa Rindu Puisi yang Keterlaluan

61. DG Kumarsana ......................................................... 223
RUMAH SAKIT ADALAH SAWAH
CAMAR LINTAS (1)
CAMAR LINTAS (2)
CAMAR LINTAS (3)

62. Dian Hartati............................................................... 230
Di Kawali, Aku Berburu Cahaya
Mata Orang Pesisir

63. Dwi Klik Santosa ...................................................... 236
SEJARAH API DI NEGERI INI
TANGIS SEORANG BADU

64. Daryanto Bended ..................................................... 238
BAYANG
MENJAGA DAN MENJAGA

65. David Mulya .............................................................. 241
SAJAK SECANGKIR KOPI #1
REMBUK RIMBA

66. Dian Hardiana ........................................................... 243
PESAN SEORANG BAPAK
UNTUK ANAK PEREMPUAN YANG KEHILANGAN
HUJAN DI TERMINUS

67. Dony P. Herwanto ..................................................... 246
Abid
Anak-anak Hujan

68. Harisman/ Ari ........................................................... 248
Huruf yang tak tersambung
Batas

69. Dwi Rahayu............................................................... 251
Suamiku
Di Kamar Berpetak

70. Dwi Endah Septyani ................................................. 254
buku biru berdebu
antara aku, pak guru, dan puisi

71. Defy Firman Al Hakim .............................................. 259
Entropy
Masokisme 1

72. Enny Asrinawati ....................................................... 262
PADA SATU WAKTU
SStt…

73. Edy Firmansyah ....................................................... 266
Belajar Menulis Puisi
Elegi Para Pemulung

74. Endi Firmansyah ...................................................... 270
KISAH INI
Mengapa Aku Bingung Memberi Judul???

75. Eki khusnun nadhifah .............................................. 276
Jubah
Merdeka

76. Effendi ......................................................... 279
WIN-WIN SOLUSI
IBU PERTIWI

77. Ekwan N. Wiratno ..................................................... 283
Kotaku
Aku

78. Eva Dwi Kurniawan .................................................. 286
Prasasti
Manuscrip

79. Eko Roesbiantono ................................................... 289
JEJAK DI PESISIR
LUMPUR

80. ERWIN ROZAKI HERMANTO.................................. 293
Kegelisahan
Keindahan yang tak abadi

81. Fiyan .............................................................. 296
Berkurang Satu

91. Fredy Wansyah Putra .............................................. 322
Aku Ingin Dilahirkan Menjadi Puisi
Berita Irigasi

92. Gampang Prawoto ................................................... 327
JONEGORO-JOGJA
L e n t e r a

93. Guruh Sasmito Aji .................................................... 332
SEPI
SAJAK PENDEK UNTUK “R”

94. GUNOTO SAPARIE .................................................. 334
KUTA SENJA HARI
PELABUHAN TANJUNG PERAK

95. Gema Yudha ............................................................. 336
Jembatan
perjalanan dan pertemuan pertemuan yang tak usai

96. Gracia Asri ................................................................ 339
Diterjemahkan dari Memorandum Of Understanding
Meronda

97. Harisman/ Ari ........................................................... 342
Batas
Huruf yang tak tersambung

98. Hasan Nafi’e M. ........................................................ 344
SENTUHAN MALAM
ANGIN

99. Hendriyanto.............................................................. 346
Telaq
Menanti Keberangkatan

100. Hilya ................................................................ 349
Saat Aku Mati
Langkah Cita Kita

111. Idrus Mustofa ........................................................... 384
jumat kita
cerita surga

112. Ifa Avianty ........................................................ 387
Missing You
bayangan

113. Isbedy Stiawan ZS ................................................... 389
Seseorang di Jalan
Anak Palembang, 1
Anak Palembang, 2

114. I Wayan Arthawa ...................................................... 394
AIR TERJUN GITGIT.
LOVINA
GERIMIS MENYISIR MALAM.

115. Irna Tantira ............................................................... 397
Rahasia
Sekarang aku adalah 2 jam yang bersembunyi di rumah
bapak untuk mengenal pemeluk setia.

116. Jefri Putra Arnades .................................................. 401
“SAJAK SEORANG PECUNDANG”
“HILANG”

117. Jumardi Putra ........................................................... 404
Keburu Gelap Menuntun Jalan
Gagal Mengusung Asa

118. KA. Latief ........................................................... 406
SAYEMBARA USAI KEMATIAN
HOMPIMPA TANAH DARAH

119. Kemas Ferri Rahman ............................................... 407
Sebuah Kisah di Kebun Raya
Lelaki Tanpa Tinta

120. Kiky Prasetya .................................................... 413
Rahasia Kata
Di Kotamu

121. KOKO P. BHAIRAWA ............................................... 417
Jeda (petang)
Taplau

122. Kiki Efendi ................................................................ 420
ziarah wujud(2dua)
bulan besar(12duabelas)

123. Kiki Sulistyo ............................................................. 423
Sejarah Perkawinan
Desember

124. Khalil Tirta AngGara ................................................ 426
LEBARAN MUSIM SUNYI
MUARA JALAN PULANG

125. Khairul Umam .......................................................... 430
TENTANG TANYA
ZIARAH MALAM

126. Khoirul Anwar .......................................................... 432
KALA
ENTAHLAH

127. Khoirotul Ula ............................................................ 435
Kitab Suciku
Kedzaliman

128. Lutfi Zaky ............................................................ 437
KEMBANG SIWALAN
DI LEKUK TUBUH MALAM

129. Ld Praja ........................................................... 439
SABIT ARYANI
YANG MENULIS SAJAK

130. Lilik Mudhawamah ................................................... 444
PRAHARA DI ATAS PELANGI
KAU

131. Lukman Hakim AG ................................................... 446
Di Taman Kota
Ketika Kematian Tiba

132. Luqman Tambusi ...................................................... 451
PLURALISME MENGKADO
TRAGEDI PENTAS MALAM

133. Laura Sofa Hanna..................................................... 454
Anugerah Ilusi
Titian

134. Maya Nurhidayati ..................................................... 457
Kuil mimpi
Bumi

135. Marjiin ............................................................. 461
Doa
Di Asap ini,

136. Musyafak Timur Banua ............................................ 464
lemparlah
tanjung penantian

137. Mochammad Asrori.................................................. 467
Lampu Beranda Rumah
Pertemuan Langit

138. Miya Setiyarini.......................................................... 470
Angin Melarangku
TANAH PEMIMPI

139. Matroni el-Moezany ................................................. 473
Negeri Tua
Kisah Negeri Tua dan Negeri Muda

140. Moh. Supraptono ..................................................... 478
RAHASIA MALAM
RAHASIA PAGI

141. Muda Wijaya ............................................................. 481
Ziarah Mata di Lembah Kampung Naga

152. Muhammad Yusuf..................................................... 518
Negeri Semut
“ I Miss Makassar “ and “I Miss you”

153. Mutia Ayu Intan Sari ................................................ 523
RAPUH
MENANTI

154. MOH JUHDI .............................................................. 525
Reruncing Mutiara
Nasehat Dari Seperempat Malam

155. Moh. Maman Saifurrohman ..................................... 528
Mahkota Perawan
Uang

156. Muh. Husen Arifin .................................................... 531
Di Malam Purnama
Sepasang Doa yang Tersisa

157. Mimin Hari Wahyuni ................................................. 535
Tanaman Hati
Bencong
Wajah Teduh

158. Mas Chikmatul Azimah ............................................ 538
DI SEKITAR KITA
LANGIT MALAM

159. Marsus Ala Utsman ................................................ 541
Seorang Penyair Bermesraan dengan Patung
Ketika Waktu Sudah Mati

160. MAWARDI................................................................. 544
Di Sakunya, Aku Temukan Puntung Rembulan
Sajak yang Diambil

161. Masduri AS ............................................................... 548
LANTAS
Aktor Ba’adl Minal Kull

162. May Moon Nasution ................................................. 552
Balada di Malam Kelam
Memeram dendam dalam gumam

163. M. Muhlash mr.......................................................... 556
Akulah Si Pencuri Itu
Qosidah Cinta

165. MAHENDRA.............................................................. 559
PANORAMA KITAB KELAHIRAN:
ANATOMI GELEMBUNG UDARA

166. Niduparas Erlang ..................................................... 562
Maut Seperih Senja di Laut Lontar
Tensi di Bawah Kupu-kupu

167. Nugraha Umur Kayu ................................................ 566
Rindu Pohon pada Musim

168. Nur Hesti Wulandari ................................................ 570
Lukisan = ‘plagiat’
Langkahnya – melangkahi

169. Nur Hayati Kartini..................................................... 572
Siluet malam
Monolog Rindu

170. Nurfitri ........................................................... 576
CETAK BIRUKU
KRISTAL HATIKU

171. Nur Endah Puji Lestari ............................................ 580
SEGALA CINTA YANG BISING
MAUT

172. Nurul Asmayani ........................................................ 582
Luka
Lirih Rindu

173. Purwanto .................................................................. 586
Kisah
Bersandar

174. Putri Narita Pangestuti ............................................ 589
ULAR-ULAR GILA
ROH ALAM

175. Puput Amiranti N ...................................................... 594
BERPIKIR TIADA
KUBURAN LAUT

176. Purnomo AM ............................................................ 599
SALAM BUAT KORUPTOR
APA YANG KAU CARI

177. Pribadi Anggrek ....................................................... 602
MAK (2)
KITA MELEBUR SENDIRI-SENDIRI

178. Pinasthi De-Em ........................................................ 605
Kabar yang Terbakar
Romansa Kepulangan
KITA MELEBUR SENDIRI-SENDIRI

179. Pringadi Abdi Surya ................................................. 609
Malam Kereta
TERATAI

180. RaZy Bintang Argian ................................................ 612
Untuk Sebuah Nama
Sunyi Menyanyi

181. Rahmat Heldy HS..................................................... 615
Di Karanghantu
Di Langit Bulan Setengah Purnama

182. Rahmat Zainudin ...................................................... 618
Madura
Buah Hatiku

183. Adalah Rahmat Fajar ................................................ 621
KOPIKU MENETES DILENBARAN BUKU
IFTITAH LAUT

184. Redi Irwansyah (Taya) ............................................. 624
SEORANG IBUKU: KUDAP LAH CINTA
[2] episode : kanak-kanak

185. Refila Yusra .............................................................. 627
Bukan karna senja aku menangis
Nostalgia Pagi

186. Restu Ashari Putra................................................... 629
dengan tangan mungilmu itu
emak menanti ujang datang berdendang

187. Ria Anisatus Sholihah.............................................. 632
Tidak jadi beku
HARI BIASA SAJA

188. Rangga Umara.......................................................... 635
Bocah Kecil Membatik Langit
Kisah Clurit Sakti dan si Anak Bulan

189. Roi Martin ................................................................. 639
Penipu Renta
Pipi Merah Itu Merah

190. Rozi Kembara .......................................................... 643
PENGGALI KUBUR
KEMUDIAN KEHILANGAN BEGITU SETIA

191. Rian Ibayana........................................................ 646
MUSEUM
MENYIMPUL SENYUM

192. Rosmina Kardo ........................................................ 649
Pengamen Jalanan
Dunia Wanita

193. Rini Febriani ............................................................. 652
Membelah Hujan
Di Samping Alang-Alang

194. Rio Fitra SY........................................................... 654
Lubuk ikan
Pertarungan

195. Rafiqi Kalaras ....................................................... 657
JALAN YANG PATAH, DI TIKUNGAN
PADA KENANGAN KE-25

196. RB. Abd. Gani ....................................................... 660
Sajak absurd untuk negri
12 Tangga

197. Reza................................................................ 664
Sketsa Lilin
goresan dawai

198. R. Timur Budi Raja ................................................... 667
DARI PINTU RUMAH DUKA
NYANYIAN BURAM

199. Ria Mustika Fasha .................................................... 671
Surat CInta Yang biasa (dalam Pencarian Jalan Pulang)
Membaca Biografi Kartini

200. Riri Elmita ......................................................... 674
Metamorfoself
Aku ingin

201. Royyan Julian ....................................................... 678
Elegi Dewata Cengkar
Carok

202. Salis Susmiati ....................................................... 681
mai
aku mendengar hawa dan maria saling bertegur sapa

203. Saiful Amin Ghofur .................................................. 684
PULAU CAHAYA
HUJAN AIRMATA

204. Salbiyatun ..................................................... 688
LAKI-LAKI DI TROTOAR SUNYI
PEREMPUANKU PERON TERMINAL

205. Sari rosmawati..................................................... 691
Cermin
Sebongkah Asa

206. Sigit.................................................................. 694
CERITA PAGI
CINTA
TUHAN, KAU DI MANA?

207. Subaidi Pratama ....................................................... 698
PENGUNGSI
SEHABIS BATAS MUSIM

208. Suhairi ............................................................. 701
PEREMPUAN NETER KOLENANG*
DI BAWAH MUSHHAF

209. Setiyo Bardono ........................................................ 705
Sekeranjang Dahak di Bantaran Peron
Tertidur Lelap di Gelap Gerbong

210. S Sopian ............................................................ 708
Pakailah Sandal Kecilmu
Tidurlah yang Lelap Dalam Mimpi

211. Maryam Zakaria ........................................................ 710
Menemuimu cinta…
Bidadari sunyi bersayap biru

212. SUNLIE THOMAS ALEXANDER .............................. 713
LANSKAP LELUHUR
DAHLIA

213. Setia Naka Andrian .................................................. 719
jika kelak ada petang di pagi hari
filsafat kerudung ibu

214. Sosiawan Leak ......................................................... 723
LARI DARI KEKERASAN
KAULAH KEKALAHAN TERBARU

215. Suguh Kurniawan..................................................... 729
MEI 98 (2)
MOGA SAJA BUKAN KAU

216. Syah Azis Perangin Angin ....................................... 732
Sang Pemimpi(N)
Kapalku Jangan Tenggelam

217. Zaenal Faudin ...................................................... 735
CINCIN KAKEK TUA
Bukan Mawar

218. S. Ihanes Maheswara Malaka .................................. 738
Salib Petang di Ranjang Mimpi
Tentang Empat Ribu Nama Tuhan

219. Thoni Mukharrom IA. ............................................... 741
Bayangan cinta
Bunga Setengah Jalan

220. Ummu Syahidah Abd.Rahman Badar...................... 744
Wujud Tak Berwujud
BALADA GURU PURNAMA MUDA

221. Uni Sagena (Unis).................................................... 747
Antagonistik Cinta
Jangan biarkan luka itu pulih

222. Vita Priyambada ....................................................... 750
Dunia dan akhirat
Insomnia

223. Viddy AD Daery ........................................................ 753

KUALA LUMPUR-HULU LANGAT, KAJANG
MENGAJI MARQUEZ DI RUMAH GAPENA

224. W. Haryanto .............................................................. 756
KERTAJAYA TENGGELAM
STASIUN GARUM

225. Wahid Ibrahim .......................................................... 759
PEMBAKARAN
PAHLAWAN SEHARI

226. Wayan Sunarta ......................................................... 761
Singa Bersayap Api
Menyebrangi Selat Sunda

227. Widyanuari Eko Putra .............................................. 776
Bus ini melaju seakan tak ingin sampai
pertemuan simpang tiga

228. Wahyu Choerul Cahyadi .......................................... 779
Dongeng
Fa’

229. Watsiqatul Azizah..................................................... 783
SEUSAI JALAN-JALAN SORE DI SALJU MUSIM
DINGIN
TAK SAMPAI

230. Yosi Muhaemin ......................................................... 787
Ledakan
Surat Bagi Negeri

231. Yudhi Andoni ............................................................ 791
Sajak Masa (I)
Sajak Air Mata

232. Yadi Cahyadi ............................................................. 794
Keagungan Cinta
Tumbuhi Aku dengan Cinta

233. Yudi Joyokusumo ( MNS.Wahyudi ) ....................... 796
SURYA MAJAPAHIT
PURNAMA SETENGAH TIANG

234. Yuswan Taufiq ........................................................... 799
PESAN GALAU
KETUKAN DAUN-DAUN

235. Yuka Fainka Putra..................................................... 802
Penyair Berebut Laut dengan Nelayan
Hidup Tak Seserius Yang Aku Kira.

236. Yoyong Amilin .......................................................... 805
Jantung

ode seorang essais

237. Zulfan Reflyano ........................................................ 809
Trowulan Bersenandung

238. Zulkifli Songyanan ................................................... 811
ELEGI
PADA SEBUAH JAM TUA

239. Zinda Ruud Purnama ............................................... 813
Hujan Sore Hari
Jalan Panjang Dalam Dongeng Tengah Malam

240. Zein Arfiarrahman .................................................... 817
Di Pemakaman
Pelayat Sunyi

241. Zawawi ................................................................ 820
RANGGALAWEKU MABOK
MENUGAL LADANG KERONTANG

242. Zammil Rosi.............................................................. 824
Surat Buat Malam Yang Sempurna
Apakah Aku Yang Salah Mengisi Batrenya?

243. Zahra Nurazizah ....................................................... 827
Maya
Tak Memiliki
READ MORE - Daftar Nama Penyair dalam Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010

Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010

cover buku Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010, Memuat karya puisi dari 243 penyair seluruh Indonesia



Pada tanggal 23 Oktober 2010 pukul 19.00 wib telah diadakan peluncuran buku antologi puisi dalam rangkaian Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 bertempat di gapura Wringin Lawang, desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Buku ini memuat karya dari 243 penyair seluruh Indonesia. Alhamdulillah ada 2 (dua) karya puisi saya yang masuk di antologi ini.

Judul: Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010
Editor: Suyitno Ethexs
Kurator: Chamim Kohari-Saiful Bakri-Umi Salama
Desain cover: warung grafis indonesia
Lukisan cover: Joni Ramlan, Mojosari, Mojokerto
Layout: kang madrim
Cetakan pertama:Oktober 2010
ISBN: 978-602-97907-0-2
Tebal: 829 + xxxviii halaman
Penerbit: Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto Jl. Jayanegara 4 Kabupaten Mojokerto 61361

email : dewankeseniankabmojokerto@gmail.com, Hak cipta ada pada masing-masing penulis
Berikut catatan kurator:

PUISI DI GAPURA CANDI WRINGIN LAWANG

Sebuah Pengantar

“Ia tidak menulis untuk dibaca tetapi untuk didengar; nia tidak menghidangkan teka-teki, tetapi menulis untuk dimengerti” ( A. Teeuw ).

“Pikiran merubah kapas menjadi kain emas dan merubah batu menjadi cermin terang, namun penyair dengan pesona sajak yang dilakukan memerah minuman bermadu dari sengat kehidupan”
(Iqbal, Tulip dari Sinai)

”Penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang dungu. Tidakkah kau lihat mereka menenggelamkan diri dalam sembarang lembah hayalan dan kata, dan mereka suka mengujarkan apa yang tak mereka kerjakan kecuali mereka yang beriman, beramal baik, banyak mengingat dan menyebut Allah dan melakukan pembelaan ketika dizalimi”. (Terjemahan QS. Asysyu’araa: 224-227)

Sungguh, kami harus tahu diri, dan kami mencoba meyakinkan bahwa tugas kurator yang hendak diamanatkan kepada kami sebenarnya salah alamat, dan kami menyodorkan beberapa nama yang layak mengemban tugas itu, tetapi ditolak dengan alasan bahwa nama-nama yang dimaksud memang layak, tetapi dianggap tidak “steeril” dari virus-virus “Primodialisme komunitas” yang justru akan menjadi “beban” bagi niat baik diselenggarakannya “Festival Bulan Purnama Majapahit”, memang selama ini jarang ada yang berani menerbitkan antologi puisi atau cerpen di luar “klik”nya.

Tugas kurator itu akhirnya tetap diamanatkan kepada kami yang “wong ndeso” yang dianggap belum terkontaminasi oleh “primordialisme komunitas” dan hirukpikuk sastra di media massa. Terus terang dengan “tergagap-gagap” kami terima amanat itu, dan betul setelah kami baca karya-karya sastra yang telah dikirim, dan kami buka lembaran-lembaran kertas yang menumpuk sekitar 7 rim, yang di dalamnya masih campur antara karya puisi dan karya cerpen, ternyata terdapat banyak nama-nama “beken” yang sudah terkenal di jagad sastra Indonesia, nyali kami menjadi semakin “mungkret”, tetapi dengan kesabaran dan keberanian yang diberani-beranikan, kami terus membenamkan diri dalam kubangan puisi-puisi dan cerpen-cerpen, ternyata semakin dalam kami menyelam semakin asyik.

Membaca puisi dan cerpen yang bertebaran dan yang hendak dikumpulkan dalam Antologi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, sungguh sangat mendebarkan, kami semacam menapaki “Cahaya Tajalli” yang berjajar panjang penuh pesona, kami betul-betul diajak melayari aneka pelangi warna-warni keindahan Nusantara. Dari “puisi terang” sampai “puisi gelap”. Dari penyair yang sudah terkenal seperti Ahmadun Yosi Herfanda, sampai yang baru muncul seperti Mas Hikmatul Azimah yang lulusan setingkat Kejar Paket B, mereka semua berusaha menyuguhkan karya-karyanya yang terbaik, mereka telah “ijtihad” untuk melahirkan karya-karyanya dengan mempertaruhkan seluruh jiwa dan raganya kedalam “bentuk” dan “isi” puisi, tentu dengan caranya sendiri-sendiri. Meski sangat heterogin tetapi belum ada yang ingin “merusak” konvensi bahasa, dan ia juga tidak beranjak lebih jauh, tak ada keinginan dari para penyair itu untuk menyimpang, sebagaimana disinyalir oleh Cassier, yang pada umumnya menimpa para seniman. Mereka para penyair yang mengirimkan karya-karyanya belum ada yang berani menggunakan hak “licentia poetica” nya.

Berbeda dengan Chairil Anwar, atau setidak-tidaknya Sutardji Calzoum Bachri yang berani menentukan dan membuat jalannya sendiri, sehingga ia layak dijadikan pemimpin madzhab perpuisian di Indonesia, meski kami yakin suatu saat kelak akan lahir mujaddid (pembaharu) perpuisian di Indonesia. Kami berharap dari Gapura Wringin Lawang, Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini mampu membuka pintu cakrawala sastra Indonesia, hingga melahirkan sastrawan-sastrawan terbaik Indonesia, walau pun Budi Darma menyatakan “Angkatan dalam sastra tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan dalam sastra itu sendiri. Suatu angkatan dalam sastra dapat ada, apa bila ada gejolak yang bersambung-gayung dengan dunia pemikiran”

Secara sederhana, menulis puisi itu mudah, apa bila hal itu dilihat dari persoalan teknis yang bisa dipelajari dan dilakukan oleh siapa pun. Menurut Afrizal Malna “apa sulitnya menulis puisi, tetapi menjadi seorang penyair seringkali lahir dari konstruksi kondisi-kondisi tertentu. Penghormatan terhadap puisi dan penyair justru berlangsung dalam ketegangan-ketegangan ini, karena itu tidak semua orang bisa menjadi penyair”.

Antologi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, sengaja memberi ruang kepada siapa pun yang intens menulis karya sastra, sebuah ruang yang sangat luas untuk mereka-mereka yang sudah “tercemar” mau pun yang “terhambat” atau bahkan yang “terlempar” dari mass media, komunitas-komunitas, dan klik-klik sastra tertentu. Dan biarlah karya-karya puisi yang ada dalam Antologi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, hidup bebas berdiri dan berbicara sendiri dengan eksistensi dan esensinya masing-masing. Sebagai kurator kami tidak ingin menghakimi. Para penyair dan puisi-puisinya yang lolos masuk dalam Antologi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, semoga tidak hanya “kebetulan” atau hanya sekedar “numpang beken”, atau sekedar latah biar disebut penyair. Dan kami tidak ingin menggurui, sebab hidup adalah pilihan-pilihan nurani, yang demi kehormatan harus diseriusi, bila tidak, maka cap “pecundang” akan menempel terus dan menjadi bayang-bayang yang dapat menghantui di setiap langkahnya. Penyair romantik John Keats (1795-1821) mengatakan “Sebab utama kegagalan seniman, baik dalam menggarap obyek umum maupun obyek yang sudah dikenal identitas keindahannya adalah karena kurangnya intensitas pada diri senimannya”.

Harga diri dan eksistensi penyair terdapat pada karya dan kecintaannya terhadap apa yang digelutinya, tetapi kata D. Zawai Imron “Banyak penyair yang pada akhirnya tidak setia dengan kepenyairannya. Semula menggebu-gebu menulis puisi namun dengan mudahnya meninggalkan puisi begitu saja”

Dari Gapura Candi Wringin Lawang Trowulan Mojokerto, kami dan masyarakat sastra menggantungkan harapan, semoga Antologi Cerpen Festifal Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, mampu membuka pintu cakrawala sastra Indonesia, meskipun kami sadar bahwa hal itu seperti mimpi, tidak mudah dan memerlukan kerja besar dari semua pihak.

Akhirnya, dari 1.524 judul puisi yang dikirimkan oleh 310 penyair, hanya 620 judul puisi yang dinyatakan lolos dan dapat ditampilkan di Antologi Puisi Festifal Bulan Purnama Majapahit tahun 2010 ini, dan selebihnya yang 1.214 judul puisi dinyatakan tidak lolos, bukan karena tidak baik, tetapi hanya persoalan keterbatasan tempat saja.

Dengan ketulusan dan kerendahan hati, kami mohon maaf atas keterbatasan kami, kami yakin tiada gading yang tak retak, karena itu tegur sapa dan sumbang saran dari semua pihak sangat diharapkan.

Sekian. Semoga bermanfaat.

Mojokerto, 20 Oktober 2010

Kurator, (1. Chamim Kohari , 2. Umi Salama, 3. Saiful Bakri)
READ MORE - Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010

BISKOM Edisi Oktober 2010

Selasa, 09 November 2010


Majalah BISKOM kali ini menampilkan Executive Director TAITRA, Elina Hui-Ling Lee (Terima kasih kepada TAITRA yang turut mendukung Majalah BISKOM).

Dalam kesempatan ini, kami sekaligus menawarkan kepada seluruh pembaca untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Majalah BISKOM, baik berupa pengiriman artikel TI, mengadakan seminar, workshop dan pameran serta kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan dunia TI.

Topik menarik Majalah BISKOM Edisi Oktober 2010 diantaranya:

• COVER STORY: Executive Director TAITRA, Elina Hui-Ling Lee: Indonesia, Negara Penting Untuk Investasi

• FIGURE:
- Eko Fajar Nurprasetyo, Pakar Chipset Indonesia: Indonesia Mampu Produksi Chip Sendiri
- Bambang Setiadi, Kepala Badan Standardisasi Nasional: Standar Mutu Tingkatkan Daya Saing
- Asep Karsidi, Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal): Penting, Akurasi Informasi Geospasial

• HEADLINE:
- Indonesia-Taiwan Perkuat TI

• FOCUS:
- Belajar e-KTP Ke Jembrana
- Film Facebook, Sebuah Ide dan Fenomena Berawal Dari TI
- Antara Internet, Kepuasan Batin, dan Kesejahteraan

• BROWSING:
- Microsoft Ramal Era Blu-Ray Akan Berakhir
- Acer Bertekad Kalahkan HP
- Tegra Rancang Prosesor Untuk Cloud Computing
- Lenovo Ciptakan Konsol Game

• INSPIRATION:
- Prakoso Bhairawa Putera: Belajar Sukses E-Learning dari Negara Tetangga (2)
- Bob Julius Onggo: Mengenal Extended Producer Responsibility
- Sutiono Gunadi: Mengenal Extended Producer Responsibility
- Ika Mardiah: Jalan Terjal Menuju LPSE

• REVIEW & CELLULAR:
- Pendrive Click Co
- Kingston Datatraveler Ultimate
- Genius Kids Designer
- Canon Powershot SX Series
- Nikon D7000

Dapatkan Majalah BISKOM di Toko Buku Gramedia dan Gunung Agung atau berlangganan melalui Bagian Sirkulasi Majalah BISKOM. Untuk review, ujicoba, update harga produk dan kegiatan perusahaan Anda, hubungi redaksi[at]biskom.web.id

Majalah BISKOM, bisa Anda dapatkan juga di :
• BUANA KOMPUTER (untuk wilayah Jawa Tengah)
Komp.Perkantoran X Donan No. 45 – CILACAP, Telp. 0282 – 535592
• ATM COM SOLO
Ruko Centre Point Blok A3, Jl. Selamet Riyadi No.373 SOLO, Telp. 0271-7655020 – 22
• ATLANTIS COMPUTAINMENT (untuk wilayah Jawa Timur)
Jl. Nginden Intan Utara A10, No.8 – SURABAYA, Telp. 031 – 5964102
• 1st VENUS (untuk wilayah Makassar)
MTC Karebosi Lt. 2, Blok D1-D6 – MAKASSAR, Telp. 0411-350173
• MASTERDATA BALI (untuk wilayah Bali)
Kompleks Sudirman Agung, Blok B No. 29 – DENPASAR, Telp. 0361-241051
READ MORE - BISKOM Edisi Oktober 2010

Satu Hari Jelang 8 November 2010

Minggu, 07 November 2010

kebersamaan di waktu sekarang,..

Apa istimewah tanggal 8 November 2010,..?

Mungkin pertanyaan pertama inilah yang hinggap ketika membaca posting
blog koko,..Ehm,.sebenarnya judul ini hanya menjadi penggambaran semua curahan pikir dan perasaan yang ko tulis di tanggal 7 November 2010. Namun, jika ingin dicarikan alasan-alasan maka ko dapat sampaikan bahwa tanggal 8 disetiap bulannya adalah tanggal penanda akan sebuah janji
dan kebiasaan yang acap kali ko lakukan bersama Amelya Gustina, sekedar memberi kado ataupun mengirimkan ucapan selamat.

Ada apa ditanggal 8 di tiap bulan?


Siapa Amelya Gustina?


tradisi tanggal 8 di tiap bulan berawal dari tanggal jadian yang menjadi bagian dari perjalanan koko dan amel, kami memilih tanggal 8 Agustus 2006 sebagai tanggal jadian. Maka setiap tanggal 8 di tiap bulan berjalan selalu berusaha memberikan sesuatu. Dahulu ketika semasa di Palembang, ko berusaha mengirimkan coklat, ataupun hadiah kacil yang saat itu terasa menyenangkan,..heeee,..heee,. Sekarang??? Mungkin tetap sama tetapi dengan cara berbeda.

Amelya Gustina,.yah,.ia sosok perempuan yang kuat, tegas, dan sanggup membuatku melewati setiap permasalahan yang ada. Amel menjadikan sumber kekuatan dan alasan untuk terus berjuang. Walaupun, ko pernah tidak setia, berkhianat dan ia selalu punya cara untuk mengembalikan ko pada jalur.

Kehidupan memang tidak selalu berjalan mulus, selalu ada kerikil bahkan batu karang yang berusaha menghadang. Klasiknya permasalahan timbul dan tenggelam..Namun, karena kesalahan dan ketidak dewasaan seorang koko menjadi mimpi dan harapan hancur,..(baca posting sebelumnya). Hidup adalah perjuang kata-kata,..begitulah kata salah seorang penyair kenamaan negri ini. Maka, ketika kata tak lagi menjadi kekuatan hanya hati yang siap menguatkan.

Hari ini secara sadar, ko berusaha untuk menjadikan semua yang keliru kembali pada jalannya. Menjadikan diri lebih memahami keadaan dan berbuat secara rasional adalah utama, dia mengajarkan banyak hal untuk tetap bisa bertahan. Berjuang untuk kembali pada jalan yang sebenarnya adalah kewajiban untuk terus menjadi baik.

Hidup saat ini menjadi penopang masa depan dengan segala cita yang optimis dan realis. Keinginan ko untuk terus membuktikan bahwa ko masih bisa berjuang dan mampu membuat mel tersenyum merupakan syarat untuk bisa berjalan bersamanya dalam kehidupan rumah tangga.

Satu Kata, Satu Perbuatan dan Satu Hati,
Ko berjuang untuk Mel,..dan kehidupan kita,...
READ MORE - Satu Hari Jelang 8 November 2010

PRESENTASI SEMINAR NASIONAL

Kamis, 04 November 2010

READ MORE - PRESENTASI SEMINAR NASIONAL

Memanjakan Mata diantara Batu Karas dan Batu Hiu

ADA pesona lain akhir pekan jika berkunjung ke wilayah Cijulang. Cijulang (Pangandaran) bukan hanya menyajikan keindahan Cukang Taneuh atau yang lebih dikenal dengan Green Canyon. Ada destinasi yang tak kalah asyiknya dan menawan untuk dikunjungi. Pantai Batu Karas dan pantai Batu Hiu jawabannya.

Pantai Batu Karas masih berada di kecamatan Cijulang. Awan nan putih, langit biru dan deburan ombok yang tenang menjadikan Pantai Batu Karas terasa nyaman dan hangat menyambut tiap pengunjung yang datang.

Sungguh menyenangkan menatap lepas hingga ke batas cakrawala. Benar-benar keindahan tiada tara. Suasana nyaman dengan angin sepoi-sepoi dan pemandangan mata disuguhi anak-anak bermain ombak di pantai yang landai sungguh membuat betah berlama-lama di pantai ini. Namun, cerita tentang keindahan Pantai Batu Hiu yang letaknya tidak terlalu jauh Batu Karas menggoda untuk didatangi.

Setiba di Pantai Batu Hiu ada suasan berbeda. Pesona lain coba disuguhi di pantai yang terletak di Desa Ciliang (Parigi). Jarak lokasi tidak lebih dari 14 km selatan dari Pangandaran. Bukan hanya laut biru dan deburan ombak yang bisa kita lihat disini, tetapi kita juga bisa mendatangi Konservasi Anak Penyu (Tukik) yang letaknya 300 meter dari gerbang masuk pantai.

Konservasi ini berada di bawah tanggung jawab Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. Namun, kedatangan kali ini tidak dapat melihat anak penyu karena beberapa waktu yang lalu telah dilakukan pelepasan langsung ke habitatnya. Di konservasi yang tersisa hanya dua dari tiga bak (kolam) pemeliharaan yang berisi penyu-penyu hasil tangkapan masyarakat.

Pantai Batu Hiu punya cara lain untuk memanjakan pengunjung, dari atas bukit kecil yang ditumbuhi pohon Pandan Wong bisa menyaksikan Samudera Indonesia nan biru lengkap dengan deburan ombak yang bergulungan. Hembusan angin lagi-lagi menggoda untuk berlama-lama.

Bila menjuruskan pandangan ke sebelah timur maka hamparan pantai terbentang hingga Pangandaran. Jalan-jalan untuk sekedar menikmati angin dan pemandangan dari atas bukit semakin terasa nyaman dengan disediakanya fasilitas pejalan kaki yang telah ditata secara apik. Bukan hanya itu duduk santai bersama rekan ataupun keluarga di rerumputan atas bukit sepertinya cukup layak untuk dilakukan di Pantai Batu Hiu.***
READ MORE - Memanjakan Mata diantara Batu Karas dan Batu Hiu

Ziarah ke Makam para Raja Sriwijaya

Senin, 25 Oktober 2010

Siguntang adalah nama sebuah perbukitan kecil di Kota Palembang. Di sinilah para raja Kerajaan Sriwijaya dimakamkan dengan upacara penghormatan dari sebuah negara adidaya.
Di bukit yang historis ini, terdapat tujuh makam tokoh Kerajaan Sriwijaya yang dianggap keramat, meliputi makam Raja Si Gentar Alam, makam Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Putri Rambut Selako, Putri Kembang Dadar, Panglima Batu Api, dan makam Tuan Junjungan.

Konon, Bukit Siguntang dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir raja Si Gentar Alam, salah satu raja Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari Mataram Kuno. Sebelum menjadi bukit, Siguntang diperkirakan menjadi bagian daratan yang ada di Limbang Tanah Melayu, nama Kota Palembang pada masa itu. Namun karena peristiwa alam, banyak daratan yang tertutup oleh air, s
ehingga terbentuklah banyak kepulauan dan pegunungan di bawah laut dan samudera.

Pada masa itulah diperkirakan seorang raja dari Mataram Kuno
yang bergelar Si Gentar Alam pergi berlayar mencari daratan lain di Limbang Tanah Melayu dengan maksud memperluas daerah pemerintahan. Keberangkatannya menggunakan kapal yang dibenderai Lancang Kuning dikawal oleh dua pengawal bernama Panglima Bagus Kuning dan Bagus Karang. Mereka menaiki tiga kapal.

Suatu saat, karena belum paham mengenai wilayah pelayaran itu, mereka terpisah. Dua kapal pecah. Salah satu pecahannya ditemukan di daerah Karang Anyar, yaitu wilayah Palembang di pesisir Sungai Musi. Sedang satu kapal terdampar di Siguntang. Bukit Siguntang pada saat itu hanya berupa segumpal tanah yang mengapung di permukaan laut luas yang dalam Bahasa Melayu disebut dengan istilah ‘’terguntang-guntang’’ di atas air. Istilah itu berproses secara etimologis menjadi Tanah Siguntang.

Si Gentar Alam merupakan salah satu raja yang membawa kemasyuran Sriwijaya pada masa pemerintahannya. Pada abad VI-IX pengaruhnya mencapai Bali, Padang, Jambi, Lampung, Malaka, Singapura, Tiongkok, dan Brunai.

Karena pengaruhnya yang luas, mitos-mitos pun beredar seputar dirinya. Kesaktiannya digambarkan dengan sebuah kemampuan menggetarkan bumi manakala dia marah dan menghentakkan kakinya ke tanah. Karena kesaktian itulah dia diberi gelar Raja Si Gentar Alam.

Pada abad X-XIII, Kerajaan Sriwijaya yang pusatnya berada di tepi Sungai Musi mengalami keruntuhan. Raja Si Gentar Alam pun mulai menganut agama Islam yang dibawa masuk oleh pedagang-pedagang dari Arab, seperti Panglima Batu Api dari Jeddah dan Tuan Junjungan. Memeluk agama baru, Raja Si Gentar Alam dianugerahi nama Tuan Iskandar Syah, yang kemudian tersohor hingga ke Malaka. Raja Si Gentar Alam didampingi dua istri, yaitu Putri Rambut Selako yang nama Aslinya Damar Kencana Wungu (putri Prabu Brawijaya dari Mataram), dan Putri Kembang Dadar dari Palembang yang mempunyai nama lain Putri Bunga Melur.

Tanah yang dulunya berada di permukaan air tersebut lama kelamaan menonjol karena perairan yang kian menyurut hingga membentuk perbukitan. Begitu pula Bukit Siguntang yang hingga saat ini membentuk bukit kecil di Kota Palembang. Bukit ini sudah menjadi tempat wisata ‘’Taman Bukit Siguntang’’. Selain dapat melihat makam-makam piranti Kerajaan Sriwijaya yang pernah jaya, pengunjung dapat mempelajari sejarah Sriwijaya melalui pengamatan relief-relief yang ada di sekitar makam Raja Si Gentar Alam atau cerita-cerita dari juru kuncinya. Silakan berkunjung ke Palembang! (Prakoso Bhairawa Putera - Kontributor Inside Sumatera)

Sumber : Inside Sumatera, 20 Oktober 2010
READ MORE - Ziarah ke Makam para Raja Sriwijaya

Lembaran Elektronik Daring

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberikan kemudahan dengan cara menggunakan peralatan atau metode kerja yang lebih canggih dengan menyajikan data-data yang telah diolah dan siap digunakan oleh pengguna untuk berbagai macam keperluan dalam rangka kelancaran aktivitas secara keseluruhan.

Perkembangan dalam metode pengelolaan arsip modern memiliki pendekatan yang dinamakan arsip elektronik atau sering disebut juga arsip digital. Arsip elektronik merupakan arsip yang sudah mengalami perubahan bentuk fisik dari lembaran kertas menjadi lembaran elektronik. Proses konversi arsip dari lembaran kertas menjadi lembaran elektronik disebut alih media. Proses alih media menggunakan perangkat komputer yang dibantu dengan perangkat scanner kecepatan tinggi.

Hasil alih media arsip disimpan dalam bentuk file-file yang secara fisik direkam dalam media elektronik seperti hard disk, CD, DVD dan lain-lain. Penyimpanan file-file ini dilengkapi dengan database yang akan membentuk suatu sistem arsip elektronik yang meliputi fasilitas pengaturan, pengelompokan, dan penamaan file-file hasil alih media. Keuntungan dari arsip elektronik adalah terdapatnya salinan arsip dalam bentuk elektronik, terjamin terekamnya informasi yang terkandung dalam lembaran arsip, kemudahan akses terhadap arsip elektronik, kecepatan penyajian informasi yang terekam dalam arsip elektronik, keamanan akses arsip elektronik dari pihak yang tidak berkepentingan, dan sebagai fasilitas backup arsip-arsip vital.

Sistem arsip elektronik merupakan otomasi dari sistem arsip manual. Oleh karena itu, sistem arsip elektronik sangat tergantung dengan sistem arsip manual. Sistem arsip elektronik tidak akan terbentuk tanpa ada sistem arsip manual.

Cabinet dan map virtual merupakan database yang meniru bentuk dari cabinet dan map nyata yang dipergunakan pada sistem kearsipan konvensional. Hanya bedanya, jika di dalam cabinet dan map nyata, kemampuan menampung arsip terbatas, tetapi jika pada cabinet dan map maya ini kemampuan menampung datanya tidak terbatas, yang membatasi adalah kemampuan fisik hard disk dalam menyimpan data digital. Sedangkan lembar arsip yang tersimpan di dalam map virtual, bisa berbentuk file dokumen atau gambar. File dokumen adalah file-file yang dibuat dari Microsoft Word, Excel, Powerpoint, dan sebagainya. Sedangkan file gambar adalah file yang berupa gambar sebagai hasil scanner atau import bitmap dari media yang lain. File gambar sebagai hasil scanner merupakan salah satu proses kegiatan alih media.

Pengertian alih media sebagaimana diatur dalam PP Nomor 88 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pengalihan Dokumen Perusahaan ke dalam Mikrofilm atau Media lainnya adalah alih media ke mikrofilm dan media lain yang bukan kertas dengan keamanan tinggi, misalnya CDRom. Dengan demikian, alih media yang dimaksud adalah transfer informasi dari rekaman yang berbasis kertas ke dalam media lain dengan tujuan efisiensi.

Paradigma baru

Arsip lembaran elektronik yang hanya bisa diakses secara lokal, mulai dirasakan kurang sesuai dengan tuntutan globalisasi yang menghendaki akses bergerak dan bisa diperoleh dari mana pun. Terobosan baru dengan lembaran elektronik daring (online) menjadi solusi yang tepat. Konsep ini secara singkat sebenarnya hanya melanjutkan dari arsip elektronik dihubungkan dengan dunia maya (koneksi internet).

Pengelolaan lembaran arsip elektronik telah merepresentasikan materi sehingga dapat dibaca oleh mesin (komputer), kemudian disimpan, dipertahankan, serta diakses pada saat dibutuhkan secara lokal. Lebih luas lagi, konsep sistem pengelolaan arsip elektronik secara daring dapat diartikan juga sebagai perpustakaan digital. Dokumen yang disimpan pada internet server harus dapat diakses dari komputer mana pun yang terkoneksi dengan internet. Pengaksesan dokumen ditentukan oleh format dokumen yang dibuat pada proses digitalisasi.

Format tekstual yang disimpan pada server lembaran arsip elektronik daring sama seperti perpustakaan digital, yaitu dalam bentuk HTML (hyper-text markup language) sebagai bahasa presentasi dokumen pada halaman web dan *.pdf (portable document format) yang dibuat melalui teks prosesor Adobe Acrobat. Selain *.pdf, format tekstual lainnya yang digunakan secara luas adalah dari jenis postscript (*.ps).

Format dokumen elektronik lainnya yang banyak digunakan dan bersifat lebih generik adalah citra dengan ekstensi *.jpg, *.bmp, *.tiff ataupun *.png. Dokumen itu disebut generik karena dapat diakses melalui browser internet yang hampir selalu terinstalasi pada setiap komputer, seperti Netscape ataupun Internet Explorer. Selain itu, jenis dokumen image dapat dibuka dan diproses lebih lanjut melalui program-program photo editor, seperti: ACDSee, Paint, Adobe Illustrator ataupun Adobe Photoshop.

Lembaran elektronik dalam sistem multimedia, dapat juga disimpan dalam bentuk suara dan video. Bentuk lembaran elektronik suara yang digunakan secara luas berekstensi *.wav ataupun *.mp3. Bentuk dokumen video yang banyak digunakan adalah *.mpeg. Kehadiran dokumen-dokumen multimedia yang atraktif ini, memungkinkan interaksi antara manusia dan komputer membaik dan merupakan pendorong pemanfaatan dokumen elektronik, khususnya dalam dunia entertainment.

Kehadiran sistem lembaran elektronik dalam jaringan, menjadikan arsip dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Dengan demikian, penyebaran dan penggunaan arsip akan semakin luas. Tantangan yang mengiringi pengelolaan arsip secara daring adalah penyediaan sarana dan infrastruktur penyimpanan yang memadai serta layanan yang baik. Tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi melalui pemanfaatan teknologi open sources, serta layanan metadata.

Lembaran elektronik dalam jaringan memberikan manfaat untuk mengurangi efek duplikasi terhadap karya intelektual, karena bila terjadi duplikasi akan dengan mudah dan cepat diketahui, karena adanya pengarsipan secara daring.***

Oleh PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA, Penulis, peneliti muda kebijakan dan perkembangan iptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Publikasi di Pikiran Rakyat, 25 Oktober 2010
READ MORE - Lembaran Elektronik Daring

Kerancuan Berbahasa (1)

Rabu, 20 Oktober 2010

DALAM sebuah seminar bulanan yang pernah saya ikutin akhir pertengahan tahun 2007 yang lalu, pada salah satu fakultas di perguruan tinggi ternama di salah satu kota pulau Sumatera. Banyak sekali orang muda yang hadir dan ikut mengutarakan pendapat dalam forum tersebut. Satu persatu saya dengarkan setiap pendapat mereka, tidak lama kemudian saya kebingungan. Tanpa saya sadari mereka begitu asyik dengan bahasa masing-masing. Ada yang senang mencampurkan bahasa inggris di setiap pembicaraanya, ada juga bahasa Minang yang ikut dicampur adukkan, bahkan bahasa Indonesia, inggris dan Minang menjadi satu dalam satu kalimat yang ia ucapkan. Lalu, diam-diam dalam hati saya bertanya. “Ada dimanakah saya sekarang?” kebingungan. “Ya,..Kebingungan!!!”

Saya kemudian berpikir, jika bahasa yang tadi saya dengar adalah ragam sayuran akan begitu enak bila dicampurkan apalagi bila ditambah bumbu kacang – maka jadilah pecel atau gado-gado lalu disantap. Tentunya akan terasa nikmat, tetapi bahasa bukanlah ragam sayuran, dan bila dicampur adukkan maka penafsiran ganda pun akan muncul.

Saya masih kebingungan, sesaat saya teringat akan pelajaran di bangku SMA. Guru bahasa Indonesia saya berkata bahwa dalam setiap masyarakat, bahasa selalu ditemukan dua jenis pola berbahasa; resmi dan pergaulan, fushah dan amiyah dalam istilah bahasa Arab. Bahasa resmi biasanya diidentifikasi sebagai bahasa yang dipakai dalam surat menyurat resmi, bahasa pengantar lembaga pendidikan, pidato-pidato para pejabat, buku-buku dan tulisan ilmiah, serta pemberitaan media massa. Sementara bahasa pergaulan dipakai kebanyakan dalam tataran lisan; percakapan sehari-hari, komedi situasi, serta orasi-orasi umum. Secara sederhana, orang mengidentifikasi bahasa pergaulan ini sebagai “bahasa pasar” atau orang muda lebih senang mengatakan “bahasa gaul”

Tapi betulkah dua kategorisasi pola berbahasa itu berlaku dalam realitas kita? Entah siapa yang memulai, kita belakangan sering menemukan bahasa pasar dalam surat-surat resmi, pidato-pidato kenegaraan, berita dan tulisan-tulisan di koran. Begitu juga sebaliknya, kita kadang harus tertawa mendengar “bahasa resmi” dipakai seseorang dalam pergaulan, entah karena ia “orang daerah” atau “orang asing“ yang baru belajar ber-“bahasa Jakarta”, atau karena memang ia nggak gaul.

Beberapa bulan kemudian saya mendengar bahwa di tingkat propinsi ini akan diadakan pemilihan Duta Bahasa yang dipilih dari perwakilan orang muda. Sebuah kegelisahan yang mungkin akan segera teratasi dengan hadirnya mereka. Walaupun dalam hati kecil saya masih bertanya “apa itu Duta Bahasa ?”

Dalam suatu kesempatan, lantaran masih bingung dan makin bingung dengan adanya istilah “Duta Bahasa”. Mr. Google pun menjadi sasaran pertanyaan. Berdasarkan hasil penelusuran, baru sedikit pencerahan saya dapatkan. Duta Bahasa, merupakan implementasi dari tekad dan semangat pemuda, melalui pemilihan sepasang pemuda wakil propinsi yang mahir berbahasa Indonesia, yang menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. begitulah kalimat yang muncul dari salah satu artikel yang saya baca. Sebuah tugas yang mulia dalam pikiran saya.

Semangat mulai saya kobarkan, dengan sedikit tanpa malu beberapa rekan saya tawarkan untuk mengikuti pemilihan tersebut. Namun, saya terkejut, dan karena kurang lengkap saya membaca info. Ternyata pemilihan tersebut masuk dalam pemilihan Uda-Uni Sumatera Barat. Rasa bersalah dengan rekan-rekan harus menuntut saya menyampaikan maaf, tetapi tekad terus dikobarkan.

“Semoga tahun depan!” begitulah kalimat yang sedikit membesarkan mereka.

“Tapi harus ikut menjadi Uda-Uni dulu?” saya terdiam hingga sekarang.

Terlepas dari itu semua, dalam diri mulai tumbuh kesadaran untuk berbahasa Indonesia dengan baik, benar, dan indah. Ketika berbahasa asing, berbahasa asinglah dengan baik! Ketika berbahasa daerah, berbahasa daerahlah dengan baik! Ketika berbahasa nasional, berbahasa nasional dengan baik pula!, dan tentunya para Duta Bahasa terpilih tersebut.*** (Prakoso Bhairawa Putera)
READ MORE - Kerancuan Berbahasa (1)

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku