SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

LOMBA MENULIS ESAI : “MIMPIKU BULOG 2020”

Selasa, 31 Maret 2009


(Memperingati HUT BULOG 2009 : 42 Th BULOG, Semakin Dekat & Terbuka)

Perum BULOG dengan moto “Andalan Ketahanan Pangan”, pada ulang tahunnya yang ke 42 juga ingin menguatkan posisinya menjadi salah satu penjaga Ketahanan Pangan yang mendukung swasembada pangan dengan mendorong penggunaan pangan lokal Indonesia. Maka BULOG mengadakan Lomba Penulisan Esai 2009

Sesuai dengan tema HUT BULOG tahun 2009 yaitu “42 Tahun BULOG, Semakin Dekat dan Terbuka”, tema penulisan esai adalah “Mimpiku BULOG 2020”.

Esai diharapkan akan memuat tentang tinjauan kritis atas perubahan BULOG saat ini, mimpi atau harapan tentang BULOG masa depan, dan langkah-langkah atau ide inovatif yang dapat diaplikasikan untuk mencapai harapan BULOG tahun 2020, sesuai dengan fungsi BULOG sebagai BUMN.

Selengkapnya,..
READ MORE - LOMBA MENULIS ESAI : “MIMPIKU BULOG 2020”

Pemimpin Muda, Bisa!

Rabu, 25 Maret 2009

Tulisan ini dipublikasi di Harian Pagi Bangka Pos, edisi Selasa 24 Maret 2009, edisi cetaknya bisa dilihat pada halaman berikut (klik disini)


Oleh : Prakoso Bhairawa Putera S
Civitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Hadirnya orang muda dalam perjalanan bangsa ini, kembali mengemuka ditengah hiruk pikuk suhu perpolitikan dan eksistensi tatanan kehidupan negara. Orang muda yang kemudian diharapkan memunculkan pemimpin muda, bisa dipahami sebagai semangat dan bisa pula usia. Walaupun sebenarnya parameter tentang usia muda pun masih menjadi perdebatan.

SUHU
politik di negeri ini pun semakin memanas. Jika boleh mengatakan bahwa sejak Republik Indonesia berproses sebagai suatu bangsa. Sejak awal keberadaan bangsa ini, orang-orang muda memberi andil yang besar.

Organisasi-organisasi kedaerahan yang dibentuk dan digagas tak lain oleh para pemuda, hingga puncaknya melahirkan Sumpah Pemuda. Tetapi setelah tahun berganti masih adakah semangat yang begitu optimis untuk memerdekaan diri dari “kungkungan penjajah”.

Jika merujuk pada konteks kekinian, tentulah cara pandang atau wawasan kita (baca; orang muda) sangat berbeda ketika cita-cita luhur itu dikumandangkan. Dengan keinginan yang kuat dan keyakinan untuk merdeka, maka pilar persatuan dan kesatuan bangsa begitu kokoh.

Kepentingan pun diarahkan untuk memerdekakan diri dan pengakuan di mata dunia sebagai suatu negara berdaulat, yang muncul kemudian nasionalisme luhur dengan ekspresi cinta negara yang tumbuh secara natural atau pun ditumbuhkan melalui proses persamaan nasib ke dalam sanubari warga negara.

Rasa itupun tumbuh mengatasi kepentingan primordial, seperti etnis, ras atau agama. Sehingga membawa pada antikolonialisme, penjajahan pihak asing dan sejenisnya.

Ironis, itulah wacana yang kemudian mengemuka dihadapan, ditengah pemerintah mempersiapkan kebangkitan Indonesia sebagai sebuah negara. Dunia mengalami goncangan dari berbagai sektor dan Indonesia dihadapkan untuk mampu menjalani. Dalam situasi seperti ini, masih adakah patriotisme?

Patriotisme Kekinian

Bangunan bernama “patriotisme” masih harus ditegakkan dengan harapan karena asa dan impian seperti itu bersifat gratis dan bisa dimiliki oleh semua orang dalam jumlah sebanyak mungkin. Kalau sekadar bicara harapan dan impian, tentu semua orang ingin makmur, dan hidup enak.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri dalam realita berapa persen yang bisa mewujudkan impian dengan semangat tersebut. Masa depan, hari esok selalu ada seperti matahari yang tak pernah lelah terbit di barat, begitu juga dengan optimisme. Oleh karenanya harus dibangun dengan membumi dan dijawab oleh kualitas diri untuk menggunakan masa sekarang ini.

Hadirnya orang muda dalam perjalanan bangsa ini, kembali mengemuka ditengah hiruk pikuk suhu perpolitikan dan eksistensi tatanan kehidupan negara. Orang muda yang kemudian diharapkan memunculkan pemimpin muda, bisa dipahami sebagai semangat dan bisa pula usia.

Walaupun sebenarnya parameter tentang usia muda pun masih menjadi perdebatan. Gagasan ini tidak muncul begitu saja, tidak menutup kemungkinan bangsa ini membutuhkan semangat muda dan kepemimpinan baru yang lebih progresif.

Keyakinan ini seakan diamini oleh masyarakat luas. Contoh paling dekat dengan kita adalah hadirnya kepimimpinan muda hasil dari pemilihan kepala daerah secara langsung di Sulawesi Selatan dan Jawa Barat.

Sadar atau tidak kebangkitan pemimpin muda muncul karena sikap apatis akut dari kebanyakan tokoh muda terhadap stagnasi reformasi. Hal ini bisa jadi menjadi bentuk ‘perlawanan’ terhadapa dominasi (maaf) ‘kaum tua’ akan kekuasaan. Namun, patut disadari bahwa persoalannya tidak sesederhana yang dibayangkan, bahwa dengan beralihnya kepemimpinan ke tangan “kaum muda” otomatis akumulasi persoalan menjadi selesai.

Sekadar melihat catatan di masa silam, elit-elit yang berkuasa saat ini adalah tokoh muda di awal kekuasaanya. Suksesi orang muda melakukan perubahan itu akan terjawab manakala mereka sudah berada pada position maker dalam alur kekuasaan. Oleh karena itu, maka ada dua modal dasar yang dibutuhkan untuk membangun patriotisme kebangkitan kepemimpinan muda, yaitu keyakinan dan kemampuan mengendalikan diri.

Keyakinan sangat dibutuhkan saat mendesain masa depan. Hal ini berkaitan dengan niat tulus yang bermula dari lubuk hati setiap manusia. Keyakinan ini dimulai dengan keyakinan faktual sebagai alasan mengapa memiliki optimisme.

Dengan kata lain, jika kita memahami tahapan persoalan dari konsepnya yang paling utuh, berarti sudah memahami bagaimana persoalan tersebut akan berakhir. Memiliki alasan-alasan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu hasil sehingga merasa layak untuk yakin sangat diperlukan.

Perlunya alasan yang kuat, mengapa pantas memiliki keyakinan tentang suatu hal. Batas untuk yakin dan ragu-ragu terkadang lebih sering berupa batas kemampuan untuk mengetahui bagaimana sesuatu terjadi (how something happens).

Para pakar manajemen menyebutnya sebagai kemampuan untuk memahami hasil akhir. Selain keyakinan faktual, keyakinan mental juga diperlukan.

Hal ini akan menjadi senjata ampuh ketika sedang menghadapi permasalahan start-up. Seluruh dalil kehidupan menunjukkan “life is game”, meskipun tidak berarti main-main atau sandiwara belaka. Setiap orang adalah pemain utama sekaligus penonton.

Ketika tidak memiliki keyakinan mental maka sangat bisa dipastikan karakter yang kita presentasikan di atas panggung kehidupan ini sulit menciptakan kepuasan internal dan tidak memiliki daya tarik untuk merebut apresiasi penonton.

Keyakinan bahwa didalam diri memiliki kemampuan meraih sukses melahirkan pribadi yang puas terhadap kehidupan dan oleh karena itu energi yang dimunculkan pun bersifat positif.

Kekuatan ini yang kemudian melindungi keyakinan dari ancaman ‘keragu-raguan’, rasa tidak berdaya, pesimisme, rasa khawatir yang berlebihan terhadap tahayul “jangan-jangan” dan pada akhirnya menyebabkan keluar dari garis fokus hidup.

Kemampuan mengendalikan diri atau yang lebih dikenal dengan kontrol diri merupakan modal kedua dalam menegakkan bangunan ‘bangsa’. Kemampuan ini erat kaitannya dengan bagaimana seseorang menggunakan pilihan hidup. Disadari atau pun tidak, selama hidup selalu disodorkan sejumlah pilihan. Dimana setiap pilihan mengandung konsekuensi dan seluruhnya dirilah yang menentukan.

Semangat juang yang melebur dalam bentuk kebangkitan pemimpinan muda sebenarnya bukan lagi wacana berulang, tetapi keberanian untuk melangkah dan kembali ambil bagian dalam perjalanan bangsa ini.(*).
READ MORE - Pemimpin Muda, Bisa!

Meneladani Pemikiran Hatta

Sabtu, 14 Maret 2009

Telah dipublikasi di Harian Bangka Pos, edisi 13 Maret 2009- edisi cetak bisa dilihat disini (klik disini)

Penulis: Prakoso Bhairawa Putera
(Civitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Duta Bahasa)


DALAM
hiruk pikuknya percaturan politik dan polemik multi krisis yang dialami bangsa ini, pemikiran-pemikiran negarawan seperti Bung Hatta ternyata masih relevan untuk republik yang ‘akut’ dalam konteks gagasan dan nilai-nilai kebangsaan.

Jauh sebelum tahun 2009 hadir dan munculnya nama SBY-JK sebagai panglima bangsa yang sebentar lagi mengakhiri masa jabatan lima tahunnya, Hatta telah memberikan apresiasi maksimal, dan mungkin tidak banyak yang mampu untuk mewarisi semangat dan pemikiran beliau.

Bung Hatta adalah tokoh yang berani menolak saat gajinya sebagai Wapres akan dinaikkan. “Keuangan negara tidak cukup kuat, sementara banyak rakyat melarat yang memerlukan uang itu,”.

Begitulah yang ia katakan ketika situasi perekonomian sedang tidak menentu di masa kekuasaanya. Sebuah kenyataan yang sulit kita lihat pada pemimpin kita masa ini.

Jika membuka catatan sejarah, sebelum tahun 1932 Bung Hatta melahirkan istilah Kedaulatan Rakyat. Yang pada saat itu dikenal dengan Volkssouvereiniteit.

Istilah tersebut dimuat secara tegas oleh majalah Daulat Rakyat. Konsep ini berbeda dengan paham serupa di dunia Barat yang hanya memberikan ruang pengertian demokrasi politik semata.

Kedaulatan Rakyat versi Bung Hatta melihat demokrasi politik sekaligus demokrasi ekonomi di dalamnya. Dimana Kedaulatan Rakyat di Indonesia bersumber dari sifat-sifat dan sikap hidup bangsa Indonesia sendiri.

Menjelang Indonesia merdeka, konsep Kedaulatan Rakyat kembali dipertegas oleh Bung Hatta. “Kalau Indonesia sampai merdeka, mestilah ia menjadi Kerajaan Rakyat, berdasarkan kemauan rakyat,”. Asas Kerakyatan ini mengandung arti, bahwa kedaulatan ada pada rakyat.

Segala hukum (recht, peraturan-peraturan negeri) wajib berpegang pada keadilan dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat yang banyak, dan aturan penghidupan haruslah sempurna dan berbahagia bagi rakyat kalau ia beralasan kedaulatan rakyat.

Asas kedaulatan rakyat inilah yang menjadi sendi pengakuan segala jenis manusia yang beradab, bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri.

Pendeknya cara mengatur pemerintahan, negara, cara menyusun perekonomian rakyat, semuanya harus diputuskan oleh rakyat dengan mufakat. Pendek kata rakyat itu daulat alias raja atas dirinya.

Tidak lagi orang, seorang atau sekumpulan orang pandai atau segolongan kecil saja yang memutuskan nasib rakyat dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah arti kedaulatan rakyat.

Inilah dasar demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya. Tidak saja dalam hal politik, melainkan juga dalam hal ekonomi dan sosial ada demokrasi; keputusan dengan mufakat rakyat banyak.

Begitu indahnya jika satu konsep pemikiran ini bisa tertular dalam benak pengambil kebijakan di negeri ini. Mungkin perubahan zaman, terlebih di masa multi krisis seperti ini, sense of crisis para pemimpin masih sangat rendah.

Masih sulit untuk dimengerti ketika ada pejabat tinggi negara yang mau-maunya menggunakan uang negara demi kepentingan pribadi semata.

Perbedaan perlakuan pemerintah terhadap para pemodal besar dan investor asing dengan para pengusaha kecil dan lokal, pengusiran dan penggusuran pedagang kaki lima tanpa adanya solusi yang pasti semakin memperjelas hilangnya rasa toleransi dan rusaknya tatanan demokrasi ekonomi yang dicita-citakan Bung Hatta.

Padahal jauh-jauh hari Bung Hatta telah mencontohkan bagaimana tumbuhnya rasa hormat pada sesama manusia, baik kawan atau pun lawan.

Walaupun Bung Hatta tidak setuju dengan pendapat seseorang, bukan berarti beliau harus membenci orang tersebut.

Bung Hatta yang lembut hati, selalu mencari strategi untuk berjuang tanpa kekerasan. Senjatanya adalah otak dan pena.

Beliau lebih memilih untuk menyusun strategi, melakukan negosiasi dan menulis berbagai artikel bahkan kritikan pedas untuk memperjuangkan nasib bangsa daripada melawan menggunakan kekerasan.

Sadar atau tidak, saat ini semakin tipisnya rasa kesatuan dan batas toleransi tiap warga negara disertai dengan semakin jauhnya kesenjangan yang ada sebagai akibat meluasnya konflik perseorangan menjadi konflik yang terkait dengan suku, agama, ras dan golongan tertentu.

Berpacunya kehendak untuk memiliki kebebasan tanpa batas dan keinginan mematikan arti suatu kritik pada orang lain mengakibatkan perbedaan pendapat lebih dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.

Mulai hancurnya cita-cita pluralisme yang diikrarkan para pemuda mengakibatkan kehidupan di Indonesia menjadi terkotak-kotak.

Putusnya harapan terhadap demokrasi karena penyelewengan terhadap fungsi demokrasi mengakibatkan kegagalan terciptanya pemerintahan yang kuat dan efektif.

Hancurnya perekonomian sebagai akibat carut-marutnya birokrasi, kekerasan dan intimidasi berkepanjangan disertai dengan kurangnya dukungan terhadap pedagang kecil dan keberpihakan pada pemilik modal besar menyebabkan sulit berkembangnya usaha kecil dan bertambah kompleksnya masalah di Indonesia.

Kemampuan untuk meletakkan dasar-dasar pemikiran layaknya Hatta mulai jarang ditemukan, bahkan konsep ekonomi rakyat yang diusung oleh Bung Hatta yang kemudian secara formalnya termaktub dalam UUD 1945 dalam pasal 33 mulai bergoyang.

Ekonomi rakyat yang digagas oleh Bung Hatta berdasarkan kondisi pada saat itu terjadi baik di Asia maupun di Eropa, yaitu sebagai akibat adanya pertentangan kelas yaitu antara kelas borjuis dan kelas proletar.

Menurut Bung Hatta ekonomi Rakyat Indonesia adalah suatu jalan tengah sebagaimana yang merupakan Filosofi dari pasal 33 UUD 1945, yang menurut berbagai kalangan sudah mencakup dua aliran utama ekonomi yaitu kapitalisme dan sosialisme.

Bung Hatta berpendapat, kemandirian ekonomi suatu bangsa hanya akan dapat tercapai apabila seluruh mesin kegiatan ekonomi digerakkan oleh kekuatan rakyat, yang kesemua itu masih sangat relevan dan terulang kembali di masa sekarang.

Dimana kapitalis dan sosialis muncul dengan baju baru tetapi tetap dengan paradigma yang sama.

Seperti yang pernah ditulis oleh penyair besar Indonesia, Chairil Anwar (1948) dalam puisinya Kerawang Bekasi, “Kenang, kenanglah kami/Teruskan, teruskan jiwa kami/Menjaga Bung Karno/menjaga Bung Hatta/menjaga Bung Sjahrir!”.

Baik kiranya menjaga pemikiran-pemikiran Bung Hatta yang ternyata, tidak bisa dipungkiri masih relevan dengan masa saat ini. Alangkah lebih baiknya semangat dan pemikiran tersebut kita gelorakan kembali.(*)
READ MORE - Meneladani Pemikiran Hatta

Majalah BISKOM Edisi Maret 2009

Jumat, 13 Maret 2009

Majalah BISKOM kali ini menampilkan Kapolda Jawa Timur, Anton Bachrul Alam (Terima kasih kepada Kapolda Jawa Timur yang turut mendukung Majalah BISKOM).

Dalam kesempatan ini, kami sekaligus menawarkan kepada seluruh pembaca untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Majalah BISKOM, baik berupa pengiriman artikel TI, mengadakan seminar, workshop dan pameran serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan dunia TI.

Topik menarik Majalah BISKOM Edisi Maret 2009 diantaranya:

• COVER STORY: Anton Bachrul Alam, Kapolda Jawa Timur, “Optimalkan TI Untuk Layani Masyarakat.”

• FIGURE:

- Chairman PT Zahir Internasional, Fadil Fuad Basymeleh “Jual Software Sistem Sewa”

- Product Manager Printer & Consumables PT SEIN, Winny Windiarini “Printer Laser Tak Semahal Yang Dibayangkan”

- Praktisi TI, Onno W. Purbo, “Pemerintah Harus Lebih Tegas Ke Vendor”

- Praktisi TI, Heru Nugroho, “TI Mampu Lestarikan Budaya”

• HEADLINE: Jangan Pilih Caleg Gaptek!

• FOCUS:

- Perhitungan Manual Vs Perhitungan Elektronik

- Genjot Sosialisasi, KPU-Parpol Gunakan Layanan SMS

- Republik Facebook

- Industri TIK Indonesia,Bangkit di Tengah Krisis dengan Open Source

- Software Lokal, Alternatif Industri Kreatif

• BROWSING:

- Kuasai Korea, Sony Ericsson Gandeng Spiderman

- Email Kalah Populer Dibanding Facebook

- Lenovo-Blackberry Berintegrasi

- Nokia Segera Rilis Notebook

- Acer Perbanyak Smartphone Murah

• INSPIRATION:

- Cicilia Lusiani: Problematika Implementasi SOTK Baru

- Arli Aditya Parikesit: Menggunakan Aplikasi Bioinformatika Dengan Ponsel

- Prakoso Bhairawa Putera S.: Jurnal Online Dalam Perkembangan TIK

- Iriansyah BM. Sangadji: TI Untuk Ketahanan Pangan Nasional

- Bob Julius Onggo: Bila Ensiklopedia Tidak Mau Punah

- Elly Agustini: MCAP: Desa Digital dan Masyarakat Sadar Informasi

- Onno W. Purbo: Memaksimalkan Mobile Internet Broadband

• REVIEW & CELLULAR:

- Asus Eee Top ET1602

- Sony Vaio P Series

- Nokia E55

- Asus P565

- Sony Ericsson W302

READ MORE - Majalah BISKOM Edisi Maret 2009

Kambing Jantan The Movie : Good!!!!

Kamis, 12 Maret 2009

SALUT untuk Raditya Dika,..mungkin kalimat ini sangat-sangat telat dan kemana aja loe KOKO selama ini??? Walau gue gak bisa ikutan dalam gala premier, atau ikutan antri di 21 pada awal-awal penayangan, dan maaf baru Hari ini (kamis) 12 Maret 2009 gue baru bisa melarikan diri ke 21 HOLLYWOOD KC .

Ehm,..harus jujur mengatakan kalo Dika sukses membuat gue tertawa. Sebagai seorang penulis Dika sudah tidak perlu dikomentari lagi, apalagi seorang KOKO yang mengomentari, pasti-pasti gak penting. Tapi sebagai pendatang baru di dunia akting Dika "keren",..

kambing Jantan the movie bagi gue bukan sekedar film yang diangkat dari blog yang ditulis sendiri oleh Dika. Suasana Adelaine, Australia dan kelucuan-kelucuan garapan Rudy Soedjarwo tampak menjadi sesuatu yang renyah dan oke...

Dunia memang begitu indah bila kita bisa mencapai yang kita inginkan, tapi Dika mengajarkan sesuatu yang baru, bahwa keputusan harus tetap diambil walau penuh dengan resiko yang kita sendiri harus rela dan ikhlas untuk itu semua,..

Nah, buat yang belum nonton dan masih bingung untuk mencari film apa yang layak ditonton, gue sebagai seseorang yang awalnya tidak peduli dengan cerita-cerita Dika, ataupun fans DIKA, dengan ini menyatakan bahwa Kambing Jantan the Movie, layak untuk mengisi kegundahan hati dan wajib ditonton. Sekali lagi sukses buat Dika,..

NB: Dika,..Ine (Sarah Shafitri) kayaknya cocok thu,,...
READ MORE - Kambing Jantan The Movie : Good!!!!

Pemilihan Duta Muda ASEAN-Indonesia 2009

Dalam rangka memasyarakatkan ASEAN dan membangun kesiapan kaum muda menghadapi terbentuknya Komunitas ASEAN 2015, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia kembali menggelar Pemilihan Duta Muda ASEAN-Indonesia (PDMAI) tahun 2009.

Akan dipilih sepasang pemudi/pemuda yang mampu memainkan peran sebagai duta-duta ASEAN sekaligus duta bangsa guna memperkenalkan dan mendekatkan ASEAN kepada generasi muda di tanah air, mempromosikan Indonesia dan ASEAN kepada masyarakat internasional melalui berbagai kegiatan kepemudaan di tingkat bilateral, regional maupun internasional, dan menjadi wakil Departemen Luar Negeri dalam berbagai kegiatan yang melibatkan kaum muda.

I. Kriteria Peserta:
  • Warga Negara Indonesia;
  • mahasiswi/mahasiswa berprestasi;
  • memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum 2,5 untuk jenjang setingkat S-1 atau dibawahnya (D-3 atau D-2), dan IPK 2,75 untuk mahasiswa jenjang S-2;
  • berwawasan luas dan memiliki pengetahuan tentang Indonesia, ASEAN, dan daerahnya;
  • berpenampilan menarik dengan tinggi dan berat badan proporsional;
  • mempunyai pengalaman dalam berorganisasi;
  • mempunyai kemampuan di bidang seni dan budaya;
  • menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya;
  • kreatif dan inovatif; dan mau bekerjasama;
  • berusia tidak lebih dari 26 tahun;
  • bersedia dan sanggup mengikuti seluruh rangkaian kegiatan seleksi yang ditetapkan oleh panitia penyelenggara.
Peserta diwajibkan mengirimkan kelengkapan berkas pendaftaran yang terdiri dari:

  • Formulir pendaftaran yang telah diisi lengkap (download here (pdf 56 kb)
  • Salinan kartu identitas (KTP/Paspor) yang masih berlaku
  • Salinan Kartu Mahasiswa yang masih berlaku
  • Foto berwarna tanpa rekayasa ukuran kartu pos: close up, seluruh badan tampak depan, dan seluruh badan tampak samping, masing-masing sebanyak 2 (dua) lembar
  • Karya tulis dengan tema “Duta Muda ASEAN-Indonesia 2009: The Role of Youth in Building theASEAN Community 2015” dalam Bahasa Inggris tidak lebih dari 2 halaman A4, huruf Arial 11, diketik 1 spasi;
  • Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae)
  • Salinan transkrip IPK terakhir
  • (Copy) bukti prestasi pendukung (jika ada)
Seluruh dokumen pendaftaran disusun sesuai urutan di atas dalam amplop tertutup bertuliskan ”PDMAI 2009” di sebelah kiri atas, dan dikirimkan ke:

Panitia Pemilihan Duta Muda ASEAN-Indonesia 2009
C.q. Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
Departemen Luar Negeri RI,
Jl. Taman Pejambon No. 6, Gedung Utama Lantai 8
Jakarta Pusat, 10110

selambat-lambatnya tanggal 23 Mei 2009 (cap pos).

Panitia tidak memungut biaya apapun dalam proses pendaftaran peserta.



READ MORE - Pemilihan Duta Muda ASEAN-Indonesia 2009

10 Ciri Orang yang Berpikir Positif

Rabu, 11 Maret 2009

Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran positiflah yang ‘beredar’ di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh karena itu, sebaiknya Anda perlu kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif seperti dikutip dari situs www.astaga.com dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.

  1. Melihat masalah sebagai tantangan. Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.
  2. Menikmati hidupnya. Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.
  3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide. Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.
  4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak. ‘Memelihara’ pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.
  5. Mensyukuri apa yang dimilikinya. Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.
  6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu. Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.
  7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan. Pernah dengar pelesetan NATO (No Action. Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.
  8. Menggunakan bahasa positif. Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti “Masalah itu pasti akan terselesaikan,” dan “Dia memang berbakat.”
  9. Menggunakan bahasa (Sekolah Bahasa) tubuh yang positif. Diantaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan ‘hidup’.
  10. Peduli pada citra diri. Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.
READ MORE - 10 Ciri Orang yang Berpikir Positif

Ragam Bahasa dan Publikasi Sastra di Ranah TIK

Sabtu, 07 Maret 2009

Tulisan ini dipublikasi di Majalah Biskom edisi Februari 2009.

Oleh : Prakoso Bhairawa Putera

SEKITAR November 2008 kemarin dari Seminar Nasional bertemakan Bahasa dan Sastra dalam berbagai perspektif bidang ilmu yang diselenggarakan oleh FBS-UNY, ada sebuah tulisan saya yang menarik untuk dibagi kepada pembaca Biskom. Mulai Edisi ini akan diturunkan secara bertahap.

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi berupa bahasa. Bahasa memungkinkan manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan terhadap kebutuhannya untuk hidup bersama. Dalam kelompok sosial tersebut manusia terikat secara individu. Keterikatan individu-individu dalam kelompok ini sebagai identitas diri dalam kelompok tersebut. Setiap individu adalah anggota dari kelompok sosial tertentu yang tunduk pada seperangkat aturan yang disepakati dalam kelompok tersebut. Salah satu aturan yang terdapat di dalamnya adalah seperangkat aturan bahasa.

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Kemudian, Kebudayaan suatu bangsa dapat dikembangkan serta diturunkan kepada generasi berikutnya dengan menggunakan bahasa (Nursalim, 2005 dalam Novi Lesmana. 2007).

Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri dipergunakan untuk mengkespresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri. Ekspresi bahasa lisan dapat dilihat dari mimik, lagu/intonasi, tekanan, dan lain-lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi, pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Ekspresi diri dari pembicaraan seseorang memperlihatkan segala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi. Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai indentitas kelompok dalam suatu masyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural.

Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat. Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini meliputi segala aspek kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan bahasa sebagai alat untuk memperlancar proses sosial manusia. Komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005).

Indonesia sejak kongres Pemuda 28 Oktober 1928 telah meletakkan bahasa sebagai salah satu perwujudan politik bangsa. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa persatuan (nasional) bangsa. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke dalam satu-kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai puncak perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (lihat pasal 36 UUD 1945, lihat juga hasil amandemen UUD, Agustus 2002).

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju dengan pesat terutama memasuki era konvergen seperti saat ini.

Pada era konvergen, ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ilmu yang terjadi selama ini tidaklah berlangsung secara tiba-tiba, melainkan terjadi secara bertahap. Perkembangan ilmu terjadi karena manusia selalu dihadapkan pada tantangan alam, situasi dan kondisi yang memacu daya kreativitasnya. Selalu terdapat dorongan untuk membuat manusia melangkah ke arah kemajuan dan dorongan tersebut adalah rasa ingin tahu (curiousity) (Mutansyir, 2002: 63).

Teknologi melahirkan perangkat komunikasi dalam bentuk telepon dan komputer yang dikenal dengan istilah internet yang merupakan perkembangan hasil teknologi komputer dan saluran telepon. Internet adalah dunia maya yang merupakan hubungan antara berjuta-juta komputer hingga melewati batas wilayah geografis (Suryadi, 2004: 9).

Internet sebagai media baru menawarkan hal yang lebih mudah kepada mereka yang mengetahui teknologi komputer untuk sarana berekspresi kreatif dan bersifat instant sekali jadi dan langsung serta interactive ditanggapi oleh sesama anggota mailing list. Mailing list merupakan kelompok diskusi terbuka melalui internet dalam bentuk surat-menyurat elektronik atau yang dikenal dengan nama electronic mail (e-mail) yang kemudian menjadi pos el. Ini juga terjadi pada penggunaan telepon genggam dengan layanan pesan pendek (sistem maklumat singkat-SMS) yaitu dimanfaatkan untuk menulis puisi dengan keterbatasan jumlah huruf yang dapat ditampilkan di layar telepon genggam.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Ini ditandai dengan bertambahnya jumlah pelanggan dan jumlah pemakai jasa internet di Indonesia (lihat tabel 1). Bertambahnya jumlah pelanggan dan pemakai internet membawa dampak pada kegiatan aktifitas yang dilakukan oleh pengguna jasa internet tersebut. Bahkan berdasrkan data terakhir (2008) yang dikeluarkan oleh internetworldstats.com menempatkan Indonesia pada urutan ke 5 (lima) dalam Asia Top Ten Internet Countries.



Sumber: APJII, 2008

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakai Internet di Indonesia

Salah satu kegiatan yang marak dilakukan sejak tahun 2000 adalah menulis sejenis catatan harian milik sendiri yang diletakkan di internet, yang bisa dikomentari dan dibaca oleh setiap pengunjung internet tersebut. Catatan harian tersebut disebut weblog atau bisa disingkat blog, dan orang yang melakukan aktifitas penulisan weblog tersebut disebut blogger.

Kegiatan semacam ini sebenarnya tidak hanya marak di Indonesia, hampir setiap belahan dunia melakukan aktivitas semacam ini. Dalam perkembangannya hal-hal yang dituliskan di blog bukan lagi sekadar catatan harian, melainkan juga tulisan engenai ilmu pengetahuan, sastra, politik, dan masih banyak lagi. Blog telah membuat setiap pengguna Internet bisa menjadi penulis isi website mereka sendiri.

Laju pertumbuhan jumlah blogger di Indonesia jauh melebihi laju pertumbuhan pengguna Internet yang ada. Budi Putra (2008), seorang blogger profesional pertama di Indonesia mengatakan bahwa saat ini diperkirakan jumlah blogger Indonesia adalah mencapai angka 400.000 orang, dengan jumlah yang menjadi 2 kali lipat setiap 6 bulan. Jumlah ini cukup kecil dibandingkan dengan jumlah pengguna blog di seluruh dunia. Technorati (2008) mencatat di awal tahun 2007 ada sekitar 70 juta blog di dunia. Kawasan ASIA sendiri memiliki jumlah blog sekitar 24,5 juta. Korea Selatan memiliki jumlah blog sekitar 15 juta, Cina 4 juta blog, Jepang 3,35 juta blog, dan sisanya merupakan blog yang berasal dari Asia Tenggara.

Fenomena maraknya penggunaan blog atau jurnal online khususnya di Indonesia menjadikan kajian tersendiri mengenai penggunaan ragam bahasa dan publikasi karya sastra. Hal ini menarik karena jurnal online sebagai ruang terbuka di ranah teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sarat akan muatan-muatan penyebaran informasi dan komunikasi. Keberadaan ragam bahasa dan publikasi karya sastra pun mengalami tumbuh dan berkembang seiring kemanjuan di ranah TIK.***
READ MORE - Ragam Bahasa dan Publikasi Sastra di Ranah TIK

Ketar Ketir di TMII

Rabu, 04 Maret 2009

Ha,..ha,.. ini adalah perjalanan (minggat) dari kantor, tapi sebenarnya kita gak bolos karena kita menemani mr Zulham mencari souvenir untuk buah tangan ke Jepang. Nah, stlh itu baru deh kita jalan-jalan,..he,..


READ MORE - Ketar Ketir di TMII

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku