tentANG bulAN
bulan tak selalu datang di malamku
tidak seperti di malammu
yang selalu datang dengan purnama
tapi...
malam tetap melihat bulan di mataku
di tiap sabtu malam dengan pandangan lurus
karena...
di tiap delapan – sepuluh
malam memberikan bulan di mataku
walau...
malam tak selalu datang dengan bulan
walau...
purnama tak pernah mau menatapku
walau...
ada ataupun tiada bulan
di tiap sabtu malam
Sehari Jelang Wisuda
sehari jelang wisuda – jiwa kepanasan – kubuka pintu demi pintu – lebar dan lebar – kupecahkan kacakaca jendela agar angin meniup tubuh kurusku
sehari jelang wisuda – malamnya aku kedinginan – kucabut lembaranlembaran yang tak perawan oleh tinta lalu kuberi mereka api – sekejap kemudian aku tertawa lantaran tikar ikut dimakan api itu
sehari jelang wisuda – dini hari mata enggan menutup – panas dingin berlabuh di tubuh yang masih kelaparan – hanya suara itu yang kembali temani disisa hari
aku wisuda pagi nanti
Riak Meneriaki Sunyi
riak mulai meneriaki sunyi
dalam sepi bermandi kelam
luruh, kamboja telah layu
lirih, merpati tlah lepas
jauh...
jauh...
membelam temaram terkikis – habis
1 komentar:
Indah sekali membaca puisi-puisi ini, sungguh memberikan inspirasi...
Posting Komentar