SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

ANTOLOGI 100 PUISI IBU SE-INDONESIA

Selasa, 27 April 2010

Sehubungan dengan program kerja di tahun 2011, Sastra Welang Publisher mengundang rekan – rekan pecinta Sastra Se – Indonesia untuk mengirimkan karya puisi dalam program penerbitan buku Antologi 100 Puisi Se – Indonesia bertema Ibu.

TUJUAN

Tujuan dari proyek penerbitan buku Antologi 100 Puisi Ibu Seindonesia:

Media / Sarana publikasi untuk rekan-rekan pecinta sastraHasil seleksi dari pengumpulan materi puisi ini akan dijadikan sebuah buku. Dibagikan kepada 100 penulis se Indonesia yang berhasil masuk seleksi. Sebagian akan dijual di toko buku.

TATA CARA

Tema: Ibu Kategori: umum Karya tidak mengandung unsur-unsur SARA.Karya yang dikirim harus karya sendiri (orisinil), bukan karya orang lain, bukan pula saduran atauterjemahan. Karya puisi belum pernah dipublikasikan di media cetak manapun dan tidak sedang diikutkan dalamperlombaan tertentu. Setiap peserta cukup mengirimkan satu karya puisi. 100 karya puisi akan masuk ke dalam buku Antologi 100 Puisi Ibu Se Indonesia Karena keterbatasan dana, setiap penulis yang berhasil masuk seleksi tidak mendapat honor atau royalti, namun berhak mendapat 2 buah buku sebagai bentuk kontrapretasi yang akan dikirim melalui pos. Naskah puisi dikirim ke alamat email satrio_welang@yahoo.com. Setiap naskah puisi yang dikirim disertai biodata dan profil singkat berikut nama jelas atau nama pena ( jikamemiliki), alamat surat dan nomor telepon atau handphone yang bisa dihubungi. Batas waktu pengiriman naskah puisi: 30 September 2010, buku terbit di tahun 2011

Sastra Welang Publisher kini tengah merampungkan buku Antologi Cerpen Sastrawan Bali Lintas Generasi yang akan diterbitkan pada tahun 2010. Sastra Welang Publisher berkedudukan di Bali, berupaya menerbitkan karya sastra baik puisi , cerpen maupun novel. Buku terbitan pertamanya adalah Desa Kala Patra, Kumpulan Naskah Drama Temu Teater Mahasiwa Nusantara 7.

Salam Sastra,

Sastra Welang Publisher

Phone: 081 916 384 162

E-mail : satrio_welang@ yahoo.com

Sumber : Web: www.satriowelang. com

READ MORE - ANTOLOGI 100 PUISI IBU SE-INDONESIA

# Buku Koko P Bhairawa : Pendekar Bujang Senaya

Minggu, 18 April 2010

Judul Buku : Membaca Cerita Rakyat: Pendekar Bujang Senaya
Penulis : Koko P Bhairawa & Rizkika Oktawani
Penerbit : Azka Press (Ganeca Exacta Group, Maret 2010)
Tebal : iv + 87 halaman

Deskipsi Singkat:
Buku ini merupakan kumpulan cerita rakyat anak yang berisi 14 cerita rakyat (dongeng, mite, dan legenda) dari daerah Kerinci (Jambi). Pendekar Bujang Senaya merupakan salah tokoh dalam cerita rakyat Kerinci yang memiliki sifat-sifat kepahlawanan. Buku ini dijadikan salah satu Buku Pengayaan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat SLTP.



READ MORE - # Buku Koko P Bhairawa : Pendekar Bujang Senaya

# Foto Koko P Bhairawa




READ MORE - # Foto Koko P Bhairawa

BISKOM Edisi April 2010

Jumat, 16 April 2010

Majalah BISKOM kali ini menampilkan Vice President KYE System (Genius), Paishan Lee (Terima kasih kepada KYE System yang turut mendukung Majalah BISKOM).

Dalam kesempatan ini, kami sekaligus menawarkan kepada seluruh pembaca untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Majalah BISKOM, baik berupa pengiriman artikel TI, mengadakan seminar, workshop dan pameran serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan dunia TI.

Topik menarik Majalah BISKOM Edisi April 2010 diantaranya:

• COVER STORY: Vice President KYE System, Paishan Lee: Paten Berarti Inovasi

• FIGURE:
- Hemat Dwi Nuryanto: Radio Harus Bertransformasi
- Erik Sebastian: PRIMEX Janjikan Biaya Komunikasi 0 Rupiah
- Sutyastie S. Remi: Layanan Pembelajaran Berbasis TI
- Agung Wiryanto: Kelola Radio Online Secara Profesional

• HEADLINE:
e-Broadcasting & Transformasi Radio

• FOCUS:
Peran Perempuan Di Dunia TI
e-Audit Cegah PNS Ikut Tender
Menyoal Jaminan Keamanan Transaksi Elektronik

• BROWSING:
Jerman Umumkan Celah Keamanan Pada Firefox
China Tak Lagi Gunakan Google?
Mesir Larang Teknologi VoIP

• INSPIRATION:
- Bob Julius Onggo: Bagaimana Kebijakan Korporat Untuk Media Sosial?
- Prakoso Bhairawa Putera: Jejaring Informasi Pariwisata Berbasis Web
- BE. Santoso Nugroho: Kompetensi Prasyarat SDM TIK Aparatur
- Dirgayuza Setiawan: Mengamati Kebijakan TIK Australia 2010 (Bagian 1 dari 3): Air, Listrik, Gas, dan Serat Optik Broadband
- Atang Setiawan: Jaring Sosial Itu Bernama “FACEBOOK”

• REVIEW & CELLULAR:
- Motorola Devour
- Nokia N97 Mini Gold
- Asus N61 dan N71 24
- Canon FS200
- Kingston DataTraveler 310
- Genius eFace 2025

• SNAP:
- Wacom Buka Authorized Dealer Pertama di Surabaya
- ASUS Hadirkan IT Service Center di 8 Provinsi Indonesia
- Bakrie Giatkan Uber Esia
- Lintasartha Menang Tender USO
- 31 Kecamatan Bandung Siap Online
- Sindo-HSBC Gelar Gadget Bazaar Extraordinaire
- Perluas Pasar, Masterdata Buka Gerai di Lampung
READ MORE - BISKOM Edisi April 2010

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA CIPTA KARYA INSPIRATIF 2010

Sabtu, 10 April 2010


Alhamdulillah akhirnya naskah koko masuk dalam jajaran 18 Pemenang Lomba Cipta Karya Inspiratif 2010, berikut beritanya:

Melalui diskusi yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya redaksi berhasil memilih 18 karya terbaik dari 265 peserta. Redaksi menyeleksi naskah dari tiga sudut pandang. Yakni, kemampuan berbahasa, kedalaman ide, dan kandungan motivasi. Beberapa karya yang masuk hanya bercerita tentang kesedihan tanpa melihat kecocokannya dengan tema Titik Balik: Menerjang Rintangan, Menggapai Masa Depan. Kami lebih mengutamakan karya yang fokus pada satu cerita ketika seseorang dapat melalui rintangannya.

Berikut nama 18 pemenang:

Tiga pemenang utama

1. Tak Cukup dengan Air Mata, Triani Retno A. (Bandung)
2. Suamiku, Aku Makin Mempesona, Kan?, Dian Nafi Awaliyah (Demak)
3. Gadai Pasti Berlalu, Tri Nursanti (Riau)

Lima juara harapan

4. Di Balik Hujan Teratai Putih, R. Rudi Agung P (Jakarta Timur)
5. Tuhan, Aku di sini!!!, Rizha Krisna Wardhani (Yogyakarta)
6. Meretas Lintasan Harapan, Suguh Kurniawan (Bandung)
7. Titian di Padang Sunyi, M.E. Citra Eka Dewi (Yogyakarta)
8. Kegigihan Si Belang Menerjang Kemiskinan, Yuli Misgiyati (Cilacap)

Sepuluh peserta yang tergabung dalam buku Titik Balik: Menerjang Rintangan, Menggapai Masa Depan:

9. Sahabat Sejati Adalah Sahabat yang Bisa Dekat Dalam Suka dan Duka, Kurniadi (Sumsel)
10. Gold is Gold, Tia Setiawati (Bandung)
11. Umur 18 Tahun, Berhutang 100 Juta!, Agus M. Irkham (Batang, Jateng)
12. Malaikat-malaikat Cinta dari Surga, Haya Aliya Zaki (Tangerang)
13. Mata Hati Ibu, Menjejak Sepanjang Mimpi, Prakoso Bhairawa Putera (Belitung)
14. Menerjang Rintangan Menggapai Masa Depan dengan Man Jadda Wajada, Ari Sandi (Bandung)
15. Saya Bukan Sekedar Mimpi, Sri Hindiyastuti (Semarang)
16. Nikmat di Dalam Musibah, Alfi Zamilah (Jakarta Timur)
17. Episode Bukan Cinta Sesaat, Dira Ernawati (Surabaya)
18. Rita Punya Mimpi, Yuventia Tunda Reka Anggita (Yogyakarta)

Keputusan redaksi tidak dapat dipertanyakan. Mohon tidak mengirim pertanyaan ke meja redaksi.

Sebagai wujud penghargaan kami kepada semua peserta, kami akan memberikan e-piagam (soft copy piagam penghargaan) kepada seluruh peserta lomba lewat email dan bisa di-download masing-masing peserta.

Pemenang akan dihubungi lewat telepon. Mengenai hadiah, akan redaksi proses selama satu minggu setelah publikasi hasil pemenang lomba.

Sebagai informasi, Leutika masih mengadakan lomba resensi NOVEL SEDARA CINTA. Informasi lomba bisa dilihat di notes FB Leutika Publisher.

Yogyakarta, 10 April 2010

Salam inspiratif,

Redaksi Leutika
READ MORE - PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA CIPTA KARYA INSPIRATIF 2010

Buku Koko # Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger

Sabtu, 03 April 2010

Judul Buku : Ayo Ngeblog : Cara Praktis Jadi Blogger
Penulis : Prakoso Bhairawa P (Koko P Bhairawa)
Penerbit : Inter Plus (Ganeca Exacta Group, Maret 2010)
Tebal : iv + 56 halaman

Deskipsi Singkat:
Buku ini merupakan panduan singkat untuk memahami dan membuat blog secara sederhana, selain itu juga dilengkapi cara-cara membuat email. Ayo Ngeblog dikemas dalam bahasa yang sederhana sehingga anak-anak usia 11-14 tahun dengan mudah memahaminya. Buku ini dijadikan salah satu Buku Pengayaan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer untuk tingkat SLTP.
READ MORE - Buku Koko # Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger

Buku Koko # Cerita Rakyat dari Palembang (Sumsel)

Judul Buku : Cerita Rakyat dari Palembang (Sumatera Selatan)
Penulis : Koko P Bhairawa dan Purhendi
Penerbit : Grasindo, Juli 2009
Tebal : vi + 58 halaman

Deskipsi Singkat:
Buku ini berisi 10 (sepuluh) cerita rakyat dari Palembang (Sumatera Selatan). Penyajian cerita rakyat pada buku ini dibuat dengan lebih nyaman dibaca semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.


READ MORE - Buku Koko # Cerita Rakyat dari Palembang (Sumsel)

Potret Kini Pendidikan Kita

Minggu, 28 Maret 2010


TIMES Higher Education Supplement (THES) kembali mengumumkan daftar 500 perguruan tinggi terbaik di dunia. Percaya atau tidak akan hasil survei yang masih dipertanyakan oleh beberapa pakar pendidikan di negeri ini. Hanya enam perguruan tinggi kita yang masuk 500 besar tersebut. Keenam perguruan tinggi; UGM (360), ITB (369), UI (395), UNDIP, Univ Airlangga, dan IPB masuk dalam peringkat 401-500.

Ada hal menarik untuk dicermati, jika mengacu pada hasil survei yang sama dilakukan pada tahun sebeumnya. Tiga perguruan tinggi Indonesia masuk dalam jajaran 300 dunia; UI (250), ITB (258), dan UGM (270). Berselang satu tahun kemudian, tepatnya 2007 ketiganya merosot hingga peringkat mendekati 400 dunia. Beberapa pakar pun mempertanyakan dasar penentuan, dan jika dikaji dengan akal sehat ataupun penalaraan orang awam akan terasa sulit untuk diterima. Mungkinkah kualitas pendidikan di negeri ini turun naik.

Metode THES

Ada empat indikator yang menjadi dasar THES dalam surveinya. Kualitas Penelitian (Research Quality) yang diperoleh dari sebaran angket pada para akademisi menempati bobot terbesar (60%). Dua indikator yang dinilai adalah yang pertama dari hasil Peer Review. Disebarkan angket online ke 190.000 akademisi dimana mereka diminta mengisi pertanyaan berdasarkan bidang kepakaran mereka, yaitu Arts - Humanities, Engineering - IT, Life Sciences - BioMedicine, Natural Sciences dan Social Sciences. Kemudian mereka diminta memilih 30 universitas terbaik dari wilayah mereka sesuai dengan bidang kepakaran tersebut. Indikator kedua adalah Citations per Faculty, alias berapa banyak publikasi paper dari peneliti (professor) di univesitas tersebut dan jumlah citation (kutipan) berdasarkan data dari the Essential Science Indicators (ESI).

Kesiapan lulusan dalam dunia kerja (Graduate Employability) juga menjadi salah satu indikator. Kreterian ini memiliki bobot 10% dengan indikator penilaian Recruiter Review. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil survey terhadap 375 perekrut tenaga kerja.

Selain itu jumlah program internasional dan jumlah masahasiswa internasional menjadi indikator yang termasuk dalam Pandangan Internasional (International Outlook) memiliki bobot 10%, dan yang terakhir adalah Kualitas Pengajaran (Teaching Quality) dinilai dari indikator rasio jumlah mahasiswa dan fakultasnya (Student Faculty). Bobot penilaian cukup signifikan karena mencapai 20%.

Jika ditelusuri lagi dari http://uniranks.unifiedself.com, THES tidak menjelaskan dasar teknik penarikan sampel serta penyebaran sampel yang ada. Dari 190.000 kuesioner yang dikirim hanya 3703 yang direspon (2006). Itu artinya hanya 1,94 persen saja dari total kuesioner. Jumlah tersebut pun lebih banyak ditentukan dari respon kemampuan untuk mengakses internet.

Penelitian tersebut tersebar paling banyak direspon oleh Amerika Serikat dan Inggris yaitu 532 respon dari Amerika Serikat dan 378 respon dari Inggris. Namun bagaimana dengan negara-negara Asia, tercatat hanya Malaysia yang merespon 112, Singapura 92 respon, Indonesia 93 respon dan China 76 respon. Selain dari hasil survei, data-data tambahan juga diambil dari organisasi World Scientific, Mardev, JobsDB (Philippines) dan JobStreet (Malaysia).

Nah, apakah terlepas dari pro dan kotra terhadap metode THES. Setuju kiranya dengan pendapat Geger Riyanto (Kompas, 23 Januari 2008), akan lebih arif jika lebih mawas, mengkaji terlebih dahulu survei-survei secara teliti, sehingga tidak salah nantinya dalam penentuan arah dan kebijakan pendidikan di negeri ini.

Potret Pendidikan

Bukan bermaksud menepikan ataupun menyetujui hasil survei yang telah dilakukan, tetapi pada akhirnya kita tidak punya pilihan lain dan potret pendidikan di negeri ini benar-benar tercitra dengan jelas. Bahkan dari data terbaru UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia mengalami penurunan empat tingkat dari 58 dunia menjadi 62 dari 130 negara di dunia dalam hal pendidikan. Education Development Index (EDI) kita adalah 0,935 di bawah Brunei (0,965) dan Malaysia (0,945).

Situasi dalam negeri pun ikut memperkuat asumsi akan potret pendidikan kita. Pemerataan akses pendidikan, terutama di tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama, belum tercapai. Selain itu terjadi kesenjangan pemerataan akses pendidikan di masyarakat, teruatama yang tinggal di perkotaan dan pedesaan (Kompas, 5 Februari 2008).

Siapa yang mesti dipersalahkan? Kalimat itu yang kemudian mencuat, tetapi sebelum mencari pihak yang mesti bertanggung jawab. Alangkah baiknya jika kita mencitrakan kondisi secara mendalam. Partama, Republik ini begitu kuat dengan POLITIK. Kata yang begitu mendarah daging disetiap elemen kehidupan bangsa. Sebut saja, pada tiap pemerintahan baru pasti akan berganti kurikulum atau dengan bahasa cantik “Kebijakan Pendidikan”. Diakui atau tidak, ini sudah menjadi realita di depan mata. (Sekadar catatan kurikulum yang pernah berlaku: Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006).

Kedua, Anggaran Pendidikan. Sebuah persoalan klasik jika berbicara tentang dana anggaran, tetapi kenyataan yang ada tidak dapat dipungkri. Minimnya dana sudah tentu akan menghambat proses pembangunan pendidikan baik infrastruktur maupun suprastruktur. Pada tahun 2008, pemerintah mengalokasikan sebesar 11,8 persen dari APBN untuk pendidikan. Semoga pengalaman tahun 2007, dimana dari Rp43,5 triliun anggaran pendidikan, 25 persen dihabiskan untuk birokrasi, bukan pada peningkatan mutu pendidikan tidak terulang.

Ketiga, Kondisi Sumber Daya Manusia. Tenaga-tenaga bermutu dengan tingkat keahlian mumpuni belum sebanding dengan jumlah tunas-tunas bangsa yang siap menerima ilmu pengetahuan. Ketidak merataan tenaga pendidik yang hanya terfokus di pusat-pusat pemerintahan (kota) dibandingkan daerah-daerah yang jayh dari kota semakin membuat buram potret pendidikan kita. Jika di kota satu mata pelajaran diajarkan oleh dua atau lebih tenaga pendidik, tetapi kondisi di daerah, satu tenaga pengajar akan mengajarkan lebih dari satu mata ajar. Kondisi ini berbanding terbalik, belum lagi tingkat keahlian (kompetensi) yang dimiliki.

Tiga faktor dominan tersebut cukup mewakili peliknya persoalan pendidikan, untuk itu guna menjadikan bangsaa ini cerdas, pintar dan terampil serta berilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan KOMITMEN yang lebih jelas dengan mengacu pada cita-cita luhur UUD 1945, jika ini masih mau dipegang.

Komitmen bisa dimanifestasikan dalam beberapa wujud, seperti keberanian pemimpin untuk memaksimalkan sektor pendidikan. Salut dan patut diancungkan jempol terhadap beberapaa kepala daerah yang telah berani melahirkan kebijakan pendidikan dengan program sekolah gratis di wilayah masing-masing, dan semoga semakin banyak daerah yang berani untuk menegakkan komitmen ini.

Wujud selanjutnya adalah partisipasi semua pihak untuk proaktif mendukung program-program pendidikan yang mencerdaskan serta aktif dalam pengembangan mutu pendidikan. Kita semua sadar betul bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap manusia, sehingga pendidikan tidak hanya bisaaa dinikmati oleh segelintir orang saja. Semoga di masa mendatang anggapan bahwa sekolah di negara maju (kapitalis) lebih murah dibandingkan di Indonesia, bahkan para mahasiswanya hanya menanggung 25-30 persen biaya pendidikan, begitu juga pada tingkat dasar – menengah dibebaskab dari biaya pendidikan. Kapan Indonesia bisa? Inilah pekerjaan rumah bagi kita yang mendiami gugusan pulau bernama Indonesia.***(Prakoso Bhairawa Putera)
READ MORE - Potret Kini Pendidikan Kita

SNMPTN dan Kualitas Pendidikan Tinggi


Selain memberlakukan sistem persentil atau Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) dengan bobot nilai 70 persen, SNMPTN juga menambahkan satu materi tes lain, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dengan bobot penilaian 30 persen. Ir Adang Surahman, (Kompas, 2 Juni 2009) menyatakan penyelenggara mengambil kebijakan penambahan komponen ujian dengan TPA, karena diharapkan menjadi indikator penilaian intelegensia alamiah peserta, dan juga untuk menjaring siswa yang betul-betul memiliki kemampuan yang komprehensif. TPA juga bebas dari kontaminasi bimbingan belajar (bimbel). Selama ini kebanyakan siswa yang lulus dan bisa mengerjakan soal tes karena telah hapal rumus yang didapatkan di bimbel dan bukan murni kemampuan berpikir mereka sendiri.

Berdasarkan jumlah peminat, SNMPTN tahun ini mengalami peningkatan sekitar 10%. Selain itu dari sistem penilaian hasil. Penilaian hasil ujian seleksi nasional kali ini benar-benar berbeda.

Sistem Penilaian Presentil

Sistem persentil mulai diberlakukan dalam penilaian SNMPTN tahun ini. Jika tahun sebelumnya, dengan skor 4 jika jawaban benar, 0 jika tidak diisi, dan minus 1 jika salah, skor tersebut langsung dijumlahkan dan menjadi nilai akhir peserta SNMPTN. Ketika siswa tidak mengisi salah satu mata pelajaran dan mengisi mata pelajaran lain yang dia kuasai, nilainya tertutup oleh nilai mata pelajaran yang dikuasainya.

Sehingga bisa saja terjadi (dan mungkin sering terjadi) seseorang Jurusan IPA di sekolahnya ngambil IPS di SNMPTN dan tembus ke Akuntansi PTN A atau Fikom PTN B, karena bagus di Matematika sementara pelajaran Ekonominya jelek. Sistem penilaian semacam ini (sistem lama), bila ada mata pelajaran yang terkesan sulit, raihan nilai siswa cenderung rendah. Penyebabnya bisa jadi siswa “kurang berminat” mengerjakannya. “Padahal setiap mata pelajaran itu sama pentingnya untuk diujikan.

Namun, sistem seperti itu tidak akan berlaku lagi tahun ini. Sistem penilaian presentil menghendaki peserta ujian mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2009. Tindakan pengosongan satu mata pelajaran saja menyebabkan peserta tidak lolos seleksi.

Sistem persentil ini, setiap mata pelajaran akan mendapat porsi yang sama dalam penilaian. Sehingga, skor yang diperoleh tidak langsung dijumlahkan, tetapi diperingkat dahulu dengan penghitungan “persentil= 100 x (1-peringkat siswa/peserta)”. Artinya, lolosnya siswa tergantung dari jumlah skor setiap mata pelajaran, peringkat skornya secara nasional, dan jumlah peserta.

Peserta yang mendapatkan nilai tinggi di salah satu mata pelajaran, belum tentu lolos jika lemah di pelajaran lain. Intinya, mereka yang lolos adalah yang nilainya bagus di setiap mata uji. Ini juga akan mengurangi angka DO di Perguruan Tinggi Negeri yang dipilih dan kehadiran mahasiswa baru hasil SNMPTN tahun ini benar-benar hasil terbaik dan yang layak.

Paradigma Baru

Kehadiran sistem penerimaan semacam ini menjadi paradigma baru, sehingga asumsi tentang adanya banyak perguruan tinggi yang mendahulukan kuantitas daripada kualitas pendidikan, bisa sedikit ditepis.

Namun, kita juga tidak bisa menutup mata, tetap masih ada yang melakukan praktik semacam itu. Banyak perguruan tinggi yang mengedepankan kemampuan mereka untuk survive dulu dengan mencari pemasukan sebanyak-banyaknya dari SPP mahasiswa. Demikian pula dengan beberapa perguruan tinggi negeri yang berubah statusnya menjadi BHP, dimana mereka dituntut untuk dapat mandiri dalam mengelola keuangannya.

Dengan meningkatkan kualitas pendidikan, dimulai dengan paradigma baru sejak pola requitmen diharapkan hadirnya lulusan perguruan tinggi pun akan lebih mudah dilirik oleh perusahaan-perusahaan serta institusi-institusi ternama yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan reputasi perguruan tinggi di Indonesia.

Sisi lain, guna meningkatkan kualitas pendidikan tinggi tentu saja diperlukan faktor pendukung seperti gedung, fasilitas belajar-mengajar, perpustakaan, dan manajemen pendidikan merupakan hal penting yang harus selalu dicoba ditingkatkan kualitasnya. Namun hal yang paling utama adalah ketersediaan sumber daya manusia berupa staf akademis yang qualified dan berkomitmen. Kemampuan perguruan tinggi untuk menarik dan mempertahankan staf akademis yang berkualitas adalah kuncinya.

Peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan riset menjadi hal yang saling mendukung dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi secara umum. Meningkatkan riset dan kualitas pendidikan ini adalah kunci agar perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia bisa lebih kompetitif di mata internasional. Suatu perjuangan berat yang tidak mudah namun tetap harus dimulai bagaimanapun juga beratnya.

Kualitas pendidikan tinggi merupakan output proses pendidikan tinggi yang dikelola sebuah perguruan tinggi. Memasuki pendidikan tinggi berarti membeli jasa pendidikan tinggi. Keputusan memilih suatu perguruan tinggi merupakan suatu keputusan investasi. Investasi itu harus menguntungkan konsumen setelah dinyatakan lulus oleh perguruan tinggi tersebut. Karena selain membutuhkan dana yang cukup, kuliah di perguruan tinggi juga menghabiskan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, konsumen pendidikan tinggi harus memiliki kesiapan dalam pertarung ini.

Gonjang-ganjing tentang mutu pendidikan tinggi yang semakin disorot akhir-akhir ini membuat banyak pihak yang terlibat mulai bingung, seperti apa sebenarnya konsep pendidikan tinggi yang ideal di Indonesia. Karena banyak bukti menunjukkan pendidikan tinggi di Indonesia jauh tertinggal di bandingkan negara lain. Meskipun kita bersikap masa bodoh dengan survei yang menyatakan posisi pendidikan tinggi Indonesia termasuk papan bawah di Asia bahkan di dunia, ada baiknya kita melirik bagaimana sebenarnya sistem pendidikan tinggi di negara-negara yang tergolong maju.

Jika dikembalikan pada SNMPTN tidak lebih dari 20 persen peserta tes SPMB-PTN yang dinyatankan lulus. Kondisi amat terbatasnya daya tampung Perguruan Tinggi Negeri (PTN), memberi kesempatan luas kepada peguruan tinggi swasta untuk memasuki pasar perguruan tinggi. Selain itu, beberapa perguruan tinggi swasta memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi bahwa mereka memiliki segmen pasar tersendiri, sehingga tidak bergantung kepada hasil SPMB. Dari sisi PTS, besarnya pangsa pasar perguruan tinggi yang dikuasainya merupakan simbol kesuksesan. Dari sisi calon konsumen pendidikan tinggi, kualitas pendidikan tinggi yang akan dibeli merupakan suatu tuntutan.

Apapun yang akan dihasilkan setelah kelarnya hajatan besar ini, semuanya adalah rangkaian dari sebuah proses panjang untuk menuai kualitas sumber daya manusia Indonesia Unggul.***
READ MORE - SNMPTN dan Kualitas Pendidikan Tinggi

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku