SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

Meneliti dan Berwisata di Bumi Sepintu Sedulang

Rabu, 25 Agustus 2010

Perkemahan ilmiahadalah salah satu pilihan untuk mengisi liburan panjang selepas pembagian rapor anak sekolah. Namun jenis liburan ini belum cukup mudah ditemukan dalampaket-paket operator perjalanan kita. Kita masih cenderung menjual industri wisata dalam negeri dengan cara apa adanya dan dimaksudkan sebagai suatuperjalanan ke tempat-tempat umum saja.

Foto dan Teks : Prakoso Bhairawa Putera

Salah satu kegiatanwisata ilmiah yang sangat cocok untuk para siswa adalah Perkemahan Ilmiah RemajaNasional (PIRN) yang tahun 2010 ini diadakan di Bumi Sepintu Sedulang, Kabupaten Bangka (Babel) dari tanggal 27 Juni s.d 4 Juli lalu. Kegiatan ini merupakan agenda rutin dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan ditahun 2010 bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka, dan Pemerintah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

PIRN adalah terjemahan bebas dari Youth Science Camp. Dalam hal ini,konotasi "perkemahan" tidak harus dikaitkan dengan kemah yang menggunakan"tenda", tetapi dapat juga diartikan sebagai suatu tempat/ruangan/aula/kelas untuk proses pembelajaran dan pelatihan. Penyelenggaraan PIR berhubungan dengantujuan dari Konferensi Anak-anak Sedunia (Childrenof the World Conference) tahun 1963 di Grenoble, Prancis, yang diprakarsai oleh UNESCO. LIPI sendiri tahun ini mengadopsinya dengan nuasana yang berbedadengan mendekatkan alam, wisata, pendidikan, dan riset dalam dunia tumbuh kembang anak remaja yang lebih variatif.

Slogan PIRN tahun ini menjadi "Gaul, Muda, dan Pintar",dengan mengusung tema "Ekosistem dan Wilayah Pertambangan". Berangkat dari pemahaman ini, Bangka Belitung sebagai wilayah pertambangan terutamapenambangan timah telah mengalami perlakuan dari proses ekspansi dan eksplorasi hasil tambang. Oleh karena itu,diperlukan pemantauan dan pengelolaan dari kegiatan tersebut keseluruhan, komprehensif, dan terpadu untuk melindungi lingkungan dan sumberdaya pesisir dalam jangka panjang.

Riset dan Wisata

Menariknya dari kegiatan ini begitu kental dengan kegiatan nilai budaya lokal dan pesona wisata yang menakjubkan di pulau Bangka. Tak kurang sekitar 500 peserta dari 31 propinsi dari seluruh Indonesia disuguhiatraksi dan keindahan bumi Sepintu Sedulang (red-sebutan untuk kabupaten Bangka).

Sejak pembukaan acara, peserta sudah disuguhi tari-tari khas daerah Bangka seperti tari Sambut Sepintu Sedulang, tabuhan Rampak Gendang Melayu, dan tari-tarian lain. Setiap hari lidah para peserta dimanjakan dengan makanan khas yang serta seafood. Bahkan ketika melakukan riset lapangan, interaksi dengan masyarakat lokal penambang, masyarakat etnis Tionghoa, dan Melayu menjadi kajian yang menarik untuk ditulis oleh para peserta.

Pengembangan pariwisata sebagai alternatif sumber penghasil selain penambangan pun ikut dicermati oleh para peserta. Lokasi penelitian untuk siswa ditempat di kawasan multi etnis dengan nilai budayalokal yang masih kental. Bahkan ibu bapak guru yang ikut mendampingi para peserta tak luput dari kegiatan workshop guru.

Workshop Guru memberikan pengalaman menarik untukpara tenaga pengajar dari seluruh Indonesia itu untuk melakukan riset sosial atau ilmu pengetahuan alam dengan lokasi di Pantai Matras, Pantai Parai Tenggiri, dan lingkungan multi etnis di perkampungan Pohin (Air Duren) Bangka.

Pantai Matras dan Pantai Parai Tenggiri menjadi representatif pantai-pantai di Bangka yang amat indah dan landai. Terletak disebelah timur laut Pulau Bangka dan berjarak sekitar 40 km dari Pangkalpinang atau 7 km dari kota Sungailiat. Pantai indah ini terkenal dengan nama Pantai Matras karena terletak di desa Matras, Kelurahan Sinar Jaya, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Panjang pantai ini mencapai 3 km dan lebar 20-30 m yang dilatar belakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai yang jernih dari daratan menuju laut. Sedangkan Pantai Parai Tenggiri karena keelokan pemandangan dan suasananya, sering menyebut pantai ini sebagai Pantai Surga.

Untuk wisata sejarah, field trip di Bangka Barat, tepatnya di Kota Muntok, tentu saja menjadi sangat menarik. Kota ini merupakan tanah tempat pengasingan para pemimpin bangsa di awal-awal kemerdekaan. Sejumlah nama seperti Ir. Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sekretaris Negara Pringgodigdo, Menteri Luar Negeri Agus Salim, Menteri Pengajaran Ali Sastroamidjojo, Ketua Badan KNIP Mr Assaat,Wakil Perdana Menter iMr Moh Roem dan Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara S Suryadarma pernah di tempatkan di Wisma Ranggam.

Pesanggrahan Muntok adalah nama asli Wisma Ranggam. Kata pesanggrahan diambil dari bahasa Sansekerta yang berartitempat peristirahatan atau penginapan. Wisma Ranggam dibangun pada tahun 1927 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Tempat ini dijadikan sebagai tempat peristirahatan pegawai perusahaan timah milik Belanda.

Didepan Wisma Ranggam berdiri kokoh sebuah tugu yang tak lekang dimakan zaman. Ditugu tersebut terdapat prasasti yang ditandatangani oleh Bung Hatta padatanggal 17 Agustus 1951. Isi tulisan tersebut adalah:

" Kenang-kenang Menoembingdi Bawah Sinar Gemerlap Terang Tjoeatja, Kenang-kenang membawa Kemenangan, Bangka, Djogdjakarta, Djakarta, Hidoep Pancasila, Bhineka Tunggal Ika".

Lokasi berikutnya adalah sebuah pantai yang terletak di Kelurahan Tanjung,Kecamatan Mentok. Pantai ini terletak ±9 km dari Kota, di sini terdapat menaraatau Mercusuar yang dibangun pada tahun 1862. Dari puncaknya dapat disaksikan seluruh kawasan Pantai Mentok yang indah. Fungsi dari menara itu sendiri untuk melihat keluar masuknya kapal-kapal dari/ke Pelabuhan Mentok. Di sini juga terdapat pula monumen peringatan 21 (duapuluh satu) perawat Australia yanggugur dalam peristiwa pemboman kapal laut Australia oleh tentara Jepang pada tanggal 16 Pebruari 1942. Para perawat itu terdampar di Muntok setelah kapal yang mereka tumpangi SS Vyner Brooke tenggelam di perairan Bangka dalam perjalanan menuju Singapura.

Bukan hanya itupara peserta pun berkesempatan untuk melihat proses peleburan timah di kawasan PELTIM muntok, bahkan beberapa kelompok berhasil mencapai puncak Menumbing. Menumbing bukan tempat asing dalam sejarah Bangsa ini. Sama seperti Wisma Ranggam, Kompleks Giri Sasana Menumbing menjadi tempat pengasingan tokoh-tokoh bangsa.

Berdasarkan informasi tertulis yang dipajang di ruang 102, Soekarno dan kawan-kawan dibawa ke tempat ini dibagi menjadi tiga kelompokatau rombongan. Rombongan pertama adalah Mohammad Hatta, Mr A.G. Pringgodigdo, Mr. Assaat, dan Komodor Udara S Suryadarma. Mereka datang ke tempat ini tanggal 22 Desember 1948 dari Yogyakarta. Rombongan kedua adalah Mr. Moh Roem dan Mr.Ali Sastroamidjojo, yang dibawa langsung oleh Belanda dari Yogyakarta ke Manumbing pada tanggal 31 Desember 1948 dan rombongan ketiga adalah Bung karnodan Agus Salim didatangkan ke Bangka pada tanggal 6 februari 1949 dari tempat pengasingannya Kota Prapat, Sumatera Utara yang berdekatan dengan Danau Toba. Mereka datang dengan pesawat Catalina yang mendarat di Muara Sungai Pangkalbalam.

Kegiatan perkemahan ilmiah yang berakhir di komplek dengan ketinggian 445 meter dari permukaan laut ini membawa berbagai macam perasaan, mulai dari rasa keperihatinan lingkungan, kekaguman, kebersamaan, dan wawasan baru tentang bumi Indonesia.

Dipublikasi pada Majalah Inside Sumatera tourism & lifestyle magazine, edisi Agustus 2010

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku