SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

MEDIA ”ONLINE” BER-ISSN, KENAPA TIDAK?

Senin, 17 Mei 2010

Publikasi Pikiran Rakyat, 17 Mei 2010

Oleh Prakoso Bhairawa Putera

Kehadiran media online di Indonesia mulai marak ketika kejatuhan pemerintahan Suharto di tahun 1998 (Wikibooks, 2010). Sejak saat itu, media online menjawab kebutuhan informasi dari setiap orang di negeri ini. Media online menjadi tempat yang paling cocok untuk menemukan informasi yang cepat atau dikenal dengan breaking news, dan mudah untuk diperoleh, bahkan dalam perkembangan di tahun-tahun berikutnya media online sudah dapat dinikmati dengan fasilitas mobile. Hanya dengan alat komunikasi yang ada di tangan, kita bisa dengan cepat membaca dan memperoleh informasi tersebut.

Disadari atau tidak, media online menjadi alternatif media yang paling murah dan praktis. Hal semacam inilah yang mendorong Detikcom hadir sebagai media online pertama di Indonesia. Detikcom berhasil melepaskan karakteristik media cetak yang selama ini hadir dengan periode harian, mingguan, dwimingguan, ataupun bulanan. Karakter media ini sangat jelas dengan breaking news. Keberhasilan Detikcom kemudian menjadi permulaan bagi bisnis media online lainnya di Indonesia.

Perkembangan media online di Indonesia bergerak seiringan dengan maraknya media cetak dan elektronik. Media ini pada awalnya menjadi edisi kedua setelah publish dalam versi cetakan koran, majalah, atau juga dalam bentuk audio visual untuk televisi dan radio. Namun seiring perkembangan, justru kehadiran media online mulai menjadi lirikan banyak kalangan dalam memperoleh informasi tercepat.

Perkembangan media online di Indonesia tidak bisa dianggap enteng. Dalam satu seminar di Surabaya sekitar 2008, Akhmad Mukhlis Yusuf menyatakan bahwa bisnis media online dalam segi perolehan iklan cukup bersaing dengan media lainnya. Pada tahun 200o-an awal, porsi iklan paling besar dinikmati media televisi sebesar 70 persen, koran 25 persen, radio 3 persen, dan media online 2 persen. Saat ini, perolehan iklan di media online meningkat setiap tahunnya, sedangkan iklan di media televisi malah menurun sedikit. Untuk koran dan radio, perolehan iklan masih stabil.

Berdasarkan data dari Netcraft atas survei server 2008 (jurnalismaya.blogdetik.com, 2008) menyebutkan, media online di Indonesia mengalamai peningkatan. Total web hoster naik 5,4 juta situs web selama Desember. Total jumlah situs web sampai 2008 mencapai 155,230,051 buah. Perkiraan peningkatan jumlah situs web di tahun 2007 saja sudah bertambah sampai 50 juta situs web baru, dan mengalahkan jumlah pertambahan situs pada 2006 dengan peningkatan 30 juta situs. Walaupun penambahan jumlah tersebut juga berasal dari MYspace, Live space, dan Blogger yang mencapai 25 juta situs web.

Fenomena semacam ini menjadi positif jika konten dari media online yang ada bermanfaat dan bisa dipertanggungjawabkan. Dalam upaya itu juga pada awal 2010, LT Handoko sebagai penggagas blog sivitas dan situs web Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mencatatkan kedua media online sehingga memperoleh ISSN. Dengan demikian, keduanya resmi dan bisa dipertanggungjawabkan.

Terobosan ini merupakan kali pertama di Indonesia, dengan blog sivitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang beralamat http://blog.sivitas.lipi.go.id telah tercatat secara resmi dengan ISSN 2086-5252 dan situs web LIPI http://www.lipi.go.id tercatat dengan ISSN 2086-5309. ISSN atau yang dikenal dengan International Standard of Serial Number merupakan tanda pengenal unik setiap terbitan berkala yang berlaku global.

ISSN untuk media online

LT Handoko dalam blognya (http://blog.sivitas.lipi.go.id/laks002/, 2010) mengungkapkan bahwa kehadiran ISSN blog karena blog merupakan media online murni yang hakikatnya serupa dengan terbitan berkala konvensional, baik dari sisi nama dan media yang permanen, maupun keterberkalaan (keteraturan pembaruan konten) dan keragaman penulis. Sebaliknya, justru seluruh media, yang online murni sekalipun, seharusnya memiliki registrasi ISSN.

ISSN blog ataupun media online lainnya di Indonesia dapat memberi manfaat besar dalam tingkat literasi. Senada dengan LT Handoko (2010) dalam Putera (2010) bahwa ISSN media online penting untuk menjaga kepemilikan atas ”nama media” serta memberikan kontribusi nyata bagi eksistensi Indonesia sebagai negara dengan tingkat peradaban modern, di mana salah satu indikatornya adalah tingkat literasi, termasuk aneka publikasi media.

ISSN untuk media online sebenarnya bukan hal baru bagi negara-negara di dunia. Putera (2010) dalam Biskom edisi Maret 2010 menjelaskan setidaknya ada lima negara yang telah menerapkan kebijakan penomoran bagi setiap blog yang diterbitkan, baik secara personal maupun secara berkelompok. Setidaknya sudah banyak negara yang memberikan penomoran bagi setiap blog, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Belanda, dan negara tetangga kita Australia. Bahkan Spanyol pun telah mengeluarkan kebijakan serupa dengan nama Internet Blog Serial Number (IBSN). IBSN hadir sejak 2 Februari 2006. Kebijakan ini diambil sebagai bentuk jawaban pemerintah tentang maraknya penyalahgunaan blog. IBSN pada prinsipnya sama dengan pemberian ISSN atau ISBN pada terbitan buku, majalah, atau yang lainnya.

Kebijakan ISSN untuk media online di Jerman ternyata lebih selektif. ISSN bisa saja diberikan untuk media online dengan memperhatikan bahwa setiap terbitan memenuhi kriteria peraturan hukum dan pedoman koleksi untuk publikasi online Perpustakaan Nasional Jerman. Pedoman tersebut disusun berdasarkan Undang-Undang mengenai Perpustakaan Nasional Jerman tertanggal 22 Juni 2006, terbitan online pun harus dirilis oleh penerbit komersial, atau dikeluarkan oleh penerbit universitas, atau juga diterbitkan oleh organisasi penerbitan yang sudah bekerja dengan pusat ISSN Jerman.

Penomoran resmi media online ini memberikan legitimasi terhadap kepemilikan media online dan posting sebagai bentuk kekayaan intelektual. Tidak hanya itu, ISSN media online memberikan indeksasi terhadap media online yang ada sehingga secara internasional bisa dikenali. Indeksasi tersebut menjadikan media online kita masuk dalam database publikasi internasional, dan tidak menutup kemungkinan seorang pembaca ataupun pustakawan dari belahan dunia lain menemukan media online kita dari ISSN database. Kemungkinan untuk setiap media online memiliki ISSN pun bisa diperoleh, asal memenuhi persyaratan yang dikeluarkan ISSN National Centre di Indonesia (http://issn.pdii.lipi.go.id/).***

Penulis, Peneliti Muda Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku