SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

Bangka Pos dan Pemertahanan Bahasa Ibu (Bagian II)

Kamis, 11 Maret 2010

Maraknya media cetak di daerah memberikan informasi kedaerahan secara lebih lengkap dan sesuai dengan kebutuhan daerah. Selain itu juga hadirnya media cetak lokal berpengaruh terhadap ragam bahasa yang dipublikasi ditiap halaman media tersebut. Hal ini disadari karena segmen pembaca media lokal akan merasa lebih dekat dengan media tersebut jika menggunakan ragam bahasa yang sehari-hari digunakan, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan berupa bahasa daerah.

Penggunaan bahasa di media cetak erat kaitan dengan fungsi media sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan melalui informasi yang diberikan oleh media. Fungsi inipun selaras dengan rekomendasi UNESCO (1951) yang menjadikan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan. Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue dalam bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka (Wikipedia, 2009). Media cetak lokal sebagai sarana pendidikan juga menanggung tanggup jawab untuk memberikan ruang bagi penggunaan bahasa ibu.

Bangka Belitung sebagai sebuah provinsi baru yang lahir setelah reformasi (Juli 2000) memiliki beberapa media cetak lokal. Namun, pada tulisan ini hanya membatasi pada media cetak terbitan Bangka Pos Group yaitu: Bangka Pos. Pembatasan ini dilakukan untuk melihat fokus media terhadap penggunaan ragam bahasa dipublikasinya. Ragam bahasa ini terutama bahasa ibu dalam wilayah Bangka Belitung.

PEMERTAHANAN BAHASA (SUATU KONSEP AWAL)

Pemertahanan Bahasa berhubungan dengan perubahan bahasa (language change), peralihan bahasa (language shift) dan kematian bahasa (language death). Hoffman (1991) dalam Fauzi (2008) menjelaskan bahwa ketika sebuah komunitas bahasa tidak mampu mempertahankan bahasanya, dan secara gradual memungut kosa kata bahasa yang lain, maka hal itu sudah mengarah kepada pergeseran bahasa (language shift). Sementara itu, ‘pemertahanan bahasa’ (language maintenance) lebih mengacu kepada sebuah situasi di mana anggota-anggota sebuah komunitas bahasa mencoba untuk menjaga bahasa yang mereka miliki dengan cara selalu menggunakannya. Jika pada suatu keadaan menginginkan adanya pemertahanan bahasa yang terjadi, maka pada saat itu masyarakat memutuskan untuk meneruskan pemakaian bahasa (atau unsur kebahasaan) yang selama itu digunakan.

Masalah pemertahanan bahasa tidak menjadi isu pada kelompok penutur bahasa besar dan kuat. Arka (2009) dalam penelitiannya memaparkan pemertahanan tidak dilakukan sepenuhnya secara sadar. Untuk bahasa minoritas, terpinggirkan, dan terancam punah, masalah pemertahanan bahasa menjadi isu dan mesti dilakukan penuh kesadaran dan dengan berbagai upaya. Karenanya, definisi pemertahanan bahasa yang ada biasanya dikaitkan dengan pemertahanan bahasa untuk bahasa terdesak/minoritas, yang didalamnya terkandung usaha terencana dan sadar untuk mencegah merosotnya penggunaan bahasa dalam kaitan berbagai kondisi tertentu, yang bisa mengarah ke perpindahan bahasa (language shift) atau ke kematian bahasa (language death).

Konsep-konsep seperti yang dijelaskan diatas menempatkan adanya keterlibatan media cetak terutama media cetak lokal dalam pemertahanan bahasa ibu. Sehingga pada konsep pemertahanan pada makalah ini diartikan sebagai keadaan dimana keterlibatan media cetak lokal untuk meneruskan pemakaian bahasa ibu dalam penerbitan media tersebut.(bersambung)

2 komentar:

Download Ebook Gratis mengatakan...

makasi ya bro atas infonya, semoga berguna dan bermanfaat :)

prakoso bhairawa mengatakan...

terima kasih kembali,..dan semoga ini bisa bermanfaat ya,..

Posting Komentar

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku