Tanggal 7 Februari 2010, puisi-puisi Ko dimuat di harian Seputar Indonesia (Sindo) dengan judul "Adalah Aku", "Jangan Pernah Bosan", dan "Di Pagi Minggu, 30 Menit Sebelum Take Off",.berikut diposting ulang diblog pribadi koko:
adalah kau
jadikan lelaki kecil itu
kokoh ditepian kolam coklat
pada senja yang basah
pada gedunggedung yang pucat
setelah kejatuhan hujan
jadikan lelaki kecil itu
nikmati dingin pada detikdetik berlalu
hampa...
hampa...
jadikan lelaki kecil itu
menelan ludah tatkala sayup magrib berlalu
bersama tegak jiwa di aspal gatot subroto
jadikan lelaki kecil itu
kehilangan baju kewarasan, dan
celana bawah sadar
lalu biarkan kepolosan jadi
tontonan periperi
adalah kau jawaban atas semua
rawamangun, 02-01-2010
DI PAGI MINGGU,
TIGA PULUH MENIT SEBELUM TAKE OFF
: unt. Alifia Narasita Sibly
jika aku kembali bukan karena cinta,
pasti ada dari organ ini tak rela biarkan
kau sendiri meratapi ringkik batang hari
dengan mata terbuka mencari hulu
dan menelusuri jauh hingga hilir sungai
– (lagi) kau senyap menatap
jika aku kembali bukan untuk cinta,
tetap ingin kupastikan
kau tak mengulang kisah pelarian kemarin
diantara peluh sore dan aroma bensin
kutemukan cemas meradang di wajah
– (lagi) kau senyap memandang
jika aku kembali,
kembali 'ku tidak juga demi cinta
tetapi dongeng yang pernah kau rentas
dari mimpi sepotong malam
di kaki gunung dataran tanah jawa
lebih merangsangku mengobrak abrik
wacana kegelisahanmu
“kau dan aku terlahir dari proses panjang
bernama persetubuhan, tapi (tetap) beda dan
se-beda-nya tak ada alasan diam
menunggu dijemput kisah”
jika aku kembali,
adalah cinta bukan jawaban
serupa pagi kehilangan embun
lantaran tak ada rekam jejak malam (berdua)
“disini setumpuk nanas goreng
kita kunyah pada bibir (sama)”
BU. Sultan Thaha, 13 Juli 2008
Jangan Pernah Bosan
pagi tadi sebelum tegak
sepi mencumbui bumi yang kedinginan
dedaunan tersenyum dalam birokrasi fajar
melukiskan embun lewat proyeksi cinta
pada harmoni tanah merdeka
setetes peluh begitu suci untuk perjalanan pagi
di timur matahari terdiam
menikmati teriakan anak penghuni bangsa
dalam kour pengiring yang acap kali
berbuah gema pada dada
di tiap tiang kehormatan merah putih menari-nari
di atas dua ratus tiga puluh juta kepala
mencabik cakrawala biru yang mulai pudar
digerogoti asap hitam, memotong-motong
irama angin yang senantiasa merayu
generasi bangsa dengan syair impor
“Hormatku Merah Putih !”
jangan bosan berdiri di tiang kehormatan
jangan ragu mematri impian cucu adam hawa
untuk jadi pemimpin di negri ini
pada rumput, gedung tinggi, pohon hijau,
angin, tanah dan udara
telah sejak lama bersatu rasa hujan-panas
bersaksi untuk kegagahanmu
Merah putih jangan pernah bosan
KOKO P. BHAIRAWA, nama lain dari Prakoso Bhairawa Putera S. Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menyasarkan tulisannya ke media cetak Nasional dan Daerah, seperti; Suara Karya, Suara Pembaruan, Kompas ”Oase”, Pikiran Rakyat, Radar Banten, Banten Raya Post, Annida, Cinta, Bangka Pos, Padang Ekpsres, Sriwijaya Post, Singgalang, Sumatera Ekspres, Transparan, Berita Pagi, Tabloid Monica, Bahana Mahasiswa-Unri, Indralaya Post-Unsri, Tabloid Anak Hoplaa. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award (KLA). Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan sedang mempersiapkan kumpulan puisi Tiga Kota Cinta.
0 komentar:
Posting Komentar