SUDAH PINDAH RUMAH -> ADA KOKO

Mengisi Kekosongan Buku Sastra

Senin, 09 Februari 2009

Karya sastra terus bermunculan, baik puisi, cerita pendek (cerpen) novelet sampai novel. Pertanyaan yang layak dilontarkan, siapakah sesungguhnya pembaca karya sastra?

Banyak pandangan, pengamatan, karya sastra tidak jelas siapa sesungguhnya segmen pembacanya. Harus diakui, sampai sekarang buku-buku sastra memang belum menjanjikan keuntungan bagi penerbit. Akibatnya terjadi kekosongan buku-buku sastra. Kalau penerbit masih mau menerbitkan karena yakin dan konsisten, sastra itu karya universal yang mampu menebus ruang dan waktu.

Demikian diungkapkan Arnabun SE, Direktur Penerbit-Percetakan Gama Media kepada KR di kantor barunya, Jalan Nitikan Baru 119 Umbulharjo, kemarin. Dikatakan Arnabun, Gama Media masih menerbitkan karya sastra karena sikap konsisten. “Konsisten itu penting bagi penerbitan, meski tidak menjanjikan keuntungan besar. Bahkan kalau perlu untuk menerbitkan karya sastra dan budaya dengan melakukan subsidi silang,” ucapnya. Subsidi silang yang dimaksud, yakni mengambilkan keuntungan dari penerbitan di luar buku bidang sastra.

Menurut Arnabun, kalau tidak ada penerbit yang peduli bagi penerbitan karya sastra, lantas pembaca, penikmat sastra dari mana mendapatkan buku-buku sastra ? “Saya yakin, pembaca sastra itu masih ada, meski tidak terpeta- kan secara detail,” katanya. Selain itu, sastra Indonesia terus bergerak, munculnya karya sastra bisa menjadi khasanah dan mengisi perjalanan sejarah sastra Indonesia.

"Karya sastra Indonesia sebenarnya mampu mengisi relung-relung jiwa bangsanya dengan nilai-nilai universal dari kemanusiaan, keadilan,” ucapnya. Harapannya jiwa bangsa tidak kosong dan rapuh. Menjadi sebuah ‘malapetaka’ besar kalau jiwa bangsa itu, kering, kosong dan rapuh. Jiwa bangsa seperti ini mudah sekali terombang-ambing arus global.

Sejak tahun 1996 hingga sekarang tetap menerbitkan buku sastra dan budaya. Awal tahun 2009 ini, Gama Media menerbitkan karya sastra dan budaya, seperti antologi cerpen dan novel ‘Perempuan di Bawah Gerimis’ (Achmad Munif), ‘Aku Lelah Menjadi Cantik’ (Koko P Bairawa), ‘Malam Buta Yin’ (Thomas Alexander), ‘Tamborin dari Kayu’ (Mohammad Thwaf Zuharon), ‘Kepak Sayap Jiwa’ (Mustafa W Hasyim’, ‘Daun-daun Bulam Medi’ (Korrie Layun Rampan). Selain itu, diterbitkan pula ‘Matahari Terbit Bintang Sembilan’ (Dr H Suyatno MAg), ‘Ayat-ayat Korupsi’ (Hakim Muda Harahap MAg), ‘Kisah Nagasari dari Sungapan’ (Cerita rakyat Bantul), ‘Musikalisasi Puisi dan Pembelajarannya’ (AriIN). (Jay)-s

Sumber : Kedaulatan Rakyat, 02-02-2009

1 komentar:

andreas iswinarto mengatakan...

kawan, berdasarkan penelusuran yang saya lakukan terdapat 68 buku terjemahan Indonesia karya 20 orang pemenang hadiah nobel sastra. lebih lanjut silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/02/karya-karya-terjemahan-pemenang-nobel.html

semoga info ini berguna.

Posting Komentar

 
 
 

BERGABUNG DENGAN BLOG INI

PENJAGA LAMAN

Foto Saya
prakoso bhairawa
Lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Ia memiliki nama pena KOKO P. BHAIRAWA. Duta Bahasa tingkat Nasional (2006) ini kerap menulis di berbagai media cetak Nasional dan Daerah. Buku-bukunya: Megat Merai Kandis (2005), La Runduma (2005), Ode Kampung (2006), Uda Ganteng No 13 (2006), Menggapai Cahaya (2006), Aisyah di Balik Tirai Jendela (2006), Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006). Asal Mula Bukit Batu Bekuray (2007), Medan Puisi (2007), 142 Penyair Menuju Bulan (2007), Ronas dan Telur Emas (2008), Tanah Pilih (2008), Putri Bunga Melur (2008), Aku Lelah Menjadi Cantik (2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Cerita Rakyat dari Palembang (2009), Wajah Deportan (2009), Pendekar Bujang Senaya (2010), Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010), dan Membaca dan Memahami Cerpen (2010). Tahun 2009 menjadi Nominator Penulis Muda Berbakat – Khatulistiwa Literary Award. Saat ini tercatat sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beralamat di koko_p_bhairawa@yahoo.co.id, atau di prak001@lipi.go.id
Lihat profil lengkapku